BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
organisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia. Di dalam psikologi
terdapat psikologi perkembangan yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tingkah laku individu dalam proses perkembangannya. Di dalam psikologi
perkembangan terdapat banyak teori-teori yang mengemukakan hal tersebut yag di
antara teori-teori satu sama lain ada yang berkaitan, ada juga yang bertolak
belakang. Untuk memahami hal tersebut akan dijelaskan pada bab pembahasan.
B.
Rumusan
Masalah
Membandingkan
teori-teori yang melandasi perkembangan individu :
a. Teori
Psikoanalisa (Freud)
b. Teori
Behavioristik (Pavlov, Skinner)
C.
Tujuan
a. Agar
mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang melandasi perkembangan individu
b. Mahasiswa
dapat mengaplikasikan teori-teori psikologi perkembangan dengan lingkungan
pendidikan di lapangan
BAB
II
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini
akan dijelaskan masing-masing teori yang melandasi perkembangan individu
diantara :
A.
TEORI
PSIKOANALISA MENURUT SIGMUND FREUD
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud
(1856-1939). Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki
dan perempuan sejak awal ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Teori Kepribadian Freud dapat diikhtisarkan dalam rangka
struktur, dinamika, perkembangan kepribadian.
a) Struktur
Kepribadian
Menurut Freud,
kepribadian itu terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu :
1)
Das es (the id), yaitu aspek biologis
2)
Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
3)
Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis
Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai
fungsi, prinsip kerja, sifat dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan
dengan rapatnya sehingga sukar untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah
laku manusia.
1)
Das Es atau The Id
Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem
kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan.
Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, mendesak, dan bersifat tidak sadar. Id
hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika, dan akhlak.
Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber semua energi
psikis, yakni libeido, dan pada dasarnya bersifat seksual.
Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original
dalam kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu
hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan
bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama individu.
Id bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami sebagai dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan serta merta.
Id bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami sebagai dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan serta merta.
Fungsi
satu-satunya id adalah untuk mengusahakan segera tersalurnya kumpulan-kumpulan
energi atau ketegangan yang dicurahkan dalam jasadnya oleh
rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia bertugas
menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional, yang
dengan kata lain disebut dengan insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya dengan
kebutuhan. Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini disebut dengan
proses primer.
2) Das Ich atau
The Ego
Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego bertindak sebagai
lawan dari Id. Ego timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme
memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan.
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego merupakan tempat berasalnya kesadaran, biarpun tak semua fungsinya bisa dibawa keluar dengan sadar.
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego merupakan tempat berasalnya kesadaran, biarpun tak semua fungsinya bisa dibawa keluar dengan sadar.
Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena
kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego
dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang
ada di dunia luar. Peran utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan
insting dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.
Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui
alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan
keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan apa yang
dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian ini disebut dengan proses sekunder.
3) Das Ueber Ich
atau The Super Ego
Superego ialah sistem kepribadian yang berisikan
nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif. Ia bertindak sebagai pengarah
atau hakim bagi egonya.
Superego adalah
cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego merepresentasikan hal yang
ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan.
Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman.
Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri,
sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri.
Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun
id, dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut meski
memiliki karakteristik sendiri dalam prakteknya, namun ketiganya selalu
berinteraksi secara dinamis.
b) Dinamika
Kepribadian
Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini
dimungkinkan oleh adanya energi yang ada di dalam kepribadian itu. Energi ini
yag dinamakanya energi psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber
pada makanan. Energi psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi
insting-insting itu dapat dimisalkan sebagai reservoir energi psikis. Menurut
Freud di dalam diri kita ini ada dua macam atau kelompok instin-insting, yaitu
:
Ø Insting-insting
hidup
Fungsi
insting-insting hidup ialah melayani maksud individu untuk tetap memperpanjang
ras. Bentuk-bentuk utama insting-insting hidup ini adalah insting-insting
makan, minum, seksual.
Ø Insting-insting
mati
Insting-insting
mati ini, yang disebut juga insting-insting merusak (destruktif) berfungsinya
kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup. Inilah yang
menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”.
c) Perkembangan
Kepribadian
Perkembangan
Kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan,
yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber
tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok ialah (1) proses
pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi, (3) konflik, (4) ancaman.
Karena orang menhadapi salah satu atau
lebih daripada sumber tegangan itu, maka timbulah rasa tidak enak, tidak aman
di dalam dirinya, jadi timbul tegangan. Individu tidak akan tinggal diam dala
keadaan yang tidak enak atau tidak aman itu (karena prinsipnya adalah
menghindarkan diri dari ketidakenakan), maka dia akan berusaha mendapatkan cara-cara
tertentu untuk mengurangi atau menghilangkan tegangan yang menimbulkan rasa tak
enak itu. Apabila dia telah mendapatkan cara itu, maka dia telah belajar, dia
telah lebih maju lagi, dengan kata lain dia telah berkembang.
Ø Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme
pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Timbulnya
mekanisme pertahanan ego tersebut, karena adanya kecemasan-kecemasan yang
dirasakan individu.
Adapun definisi
kecemasan ialah perasaan terjepit atau terancam, ketika terjadi konflik yang
menguasai ego. Kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang
dari luar.
Sigmund Freud
sendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan
individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun
untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa
dikurangi atau diredakan.
Mekanisme-mekanisme
pertahanan ego itu tidak selalu patologis, dan bisa memiliki nilai penyesuaian
jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh individu bergantung pada
taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya.
Semua mekanisme
pertahanan ego memiliki dua ciri umum, yakni (1) mereka menyangkal, memalsukan
atau mendistorsikan kenyataan, dan (2) mereka bekerja secara tidak sadar
sehingga orangnya tidak tahu apa yang terjadi.
Menurut Freud, sebenarnya ada bermacam bentuk mekanisme
pertahanan ego yang umum dijumpai, tetapi peneliti hanya mengambil sembilan
macam saja, yakni:
1. Proyeksi
Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanis)
menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri, sehingga
sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang
lain atau sifat-sifat benda di luar dirinya. Misalnya seseorang membenci orang
lain, menghayati seolah-olah orang lain itulah yang benci kepadanya.
2. Fiksasi
Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan
tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkannya, karena melangkah ke fase yang
lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak.
3. Isolasi
Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan
menganggapnya sebagai hal yang tidak penting.
4. Rasionalisasi
Rasionalisasi
adalah memberikan alasan yang rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga
kejadian yang jika sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan
menimbulkan ketidakenakan itu.
5.
Regresi
Regresi adalah
kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi
situasi yang baginya mengandung bahaya.
6.
Transkulpasi
Transkulpasi
adalah mengkambinghitamkan orang lain, walaupun diri sendiri yang sebenarnya
yang membuat kesalahan.
Ø
Tiga Penerapan Psikoanalisa
1) suatu metode penelitian dari
pikiran
2) suatu ilmu pengetahuan sistematis
mengenai perilaku manusia
3)
suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
B.
TEORI
BEHAVIORISTIK MENURUT PAVLOV DAN SKINNER
Prinsip dasar model behavioral bertolak dari pandangan
bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berbasis data teramati, dan yang
disebut perilaku adalah manifestasi organisme yang teramati. Model ini menolak
dunia dalam diri individu seperti halnya id, ego, super ego, yang menjadi
kekuatan utama teori psikoanalisa, karena semua unsur-unsur itu tidak dapat
diamati. Dua teori yang sangat signifikan dalam teori ini adalah teori Pavlov
dan Skinner.
1. Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan
Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori pengkondisian
klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan
anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan
bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan
unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi (JP. Chaplin, 2002:103).
Menurut Pavlov (Walgito,2002:53) aktivitas organisme
dapat dibedakan atas :
a. Aktivitas
yang bersifat reflektif : yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh
organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai
reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
b. Aktivitas
yang disadari : yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang
bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi
terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima
oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu
respons.
Dengan
demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas kesadaran yang
lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus-respons yang tidak disadari
(respons reflektif).
Psikologi
yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi),
karena Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat
reflek. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis
keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
2.
Teori
Burrhus Frederic "B. F." Skinner (1904-1990)
Burrhus
Frederic "B. F." Skinner adalah pakar psikologi yang lahir di
pedesaan. Bercita-cita menjadi seorang penulis fiksi, ia pernah secara intensif
berlatih menulis. Namun pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki
bakat tersebut.
Pada
suatu saat secara kebetulan ia membaca buku yang mengulas tentang
behaviorismenya Watson. Ketertarikannya terhadap Psikologi pun berlanjut,
sehingga ia memutuskan untuk belajar Psikologi di Harvard University (AS) dan
memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1931. Setelah dua kali pindah mengajar di dua
universitas, Ia kembali mengajar di almamaternya hingga menjadi profesor di
tahun 1948.
Skinner
menjadi terkenal karena kepeloporannya melakukan riset terhadap belajar dan
perilaku. Selama 60 tahun karirnya, Skinner menemukan berbagai prinsip penting dari
operant conditioning, suatu tipe belajar yang melibatkan penguatan dan
hukuman.
Sebagai
seorang behavioris sejati, Skinner yakin bahwa operant conditioning dapat
menjelaskan bahkan perilaku manusia yang paling kompleks sekalipun. Pada kenyataannya,
Skinner lah memang yang pertama kali memberi istilah operant conditioning.
Teori
Skinner disebut teori operant conditioning yaitu suatu pendekatan dalam
psikologi yang menggunakan unit stimulus respons untuk mempelajari perilaku
yang teramati dalam situasi yang terkendali.
Perilaku
terbentuk dalam wujud ikatan stimulus respons dan sama sekali tidak
menghiraukan konstruks internal yang dapat menjelaskan mekanisme yang terjadi
dalam diri manusia.
Ø Prinsip-prinsip
Operant Conditioning diantarnya adalah :
1. Penguatan
Reinforcement
(penguatan)
berarti proses yang memperkuat perilaku—yaitu, memperbesar kesempatan supaya
perilaku tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum reinforcement,
yaitu positif dan negatif. Eksperimen Thorndike dan Skinner menggambarkan reinforcement
positif, suatu metode memperkuat perilaku dengan menyertaikan stimulus yang
menyenangkan. Reinforcement positif merupakan metode yang efektif dalam
mengendalikan perilaku baik hewan maupun manusia. Untuk manusia, penguat
positif meliputi item-item mendasar seperti makanan, minuman, seks,
dan kenyamanan yang bersifat
fisikal. Penguat positif lain meliputi kepemilikan materi, uang, persahabatan,
cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan sukses karir seseorang.
Bergantung
pada situasi dan kondisi, penguatan positif dapat memperkuat perilaku baik yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Anak-anak kemungkinan mau bekerja
keras di rumah maupun di sekolah karena penghargaan yang mereka terima dari
orang tua maupun gurunya karena unjuk kerjanya yang bagus. Namun demikian,
mereka mungkin juga mengganggu kelas, mencoba melakukan hal-hal yang berbahaya,
atau mulai merokok karena perilaku-perilaku tersebut mengarahkan perhatian dan
penerimaan dari kelompok sebayanya. Salah satu penguat yang paling umum untuk perilaku
manusia adalah uang. Banyak orang dewasa menghabiskan waktunya selama
berjam-jam untuk pekerjaan mereka karena imbalan upah. Untuk individu tertentu,
uang dapat juga menjadi penguat untuk perilaku yang tidak diinginkan, seperti
perampokan, penjualan obat bius, dan penggelapan pajak.
Reinforcement
negatif merupakan suatu cara
untuk memperkuat suatu perilaku melalui cara menyertainya dengan menghilangkan
atau meniadakan stimulus yang tidak menyenangkan. Ada dua tipe reinforcement
negatif: mengatasi dan menghindari. Didalam tipe pertama (mengatasi),
seseorang melakukan perilaku khusus mengarah pada menghilangkan stimulus yang
tidak mengenakkan. Sebagai contoh, jika seseorang dengan sakit kepala mencoba
obat jenis baru pengurang rasa sakit dan sakit kepalanya dengan cepat hilang,
orang ini kemungkinan akan menggunakan obat itu lagi ketika
terjadi lagi sakit kepala.
Dalam tipe kedua (menghindari), seseorang melakukan suatu perilaku menghindari
akibat yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, pengemudi kemungkinan mengambil
jalur tepi jalan raya untuk menghindari tabrakan beruntun, pengusaha membayar
pajak untuk menghindari denda dan hukuman, dan siswa mengerjakan pekerjaan
rumahnya untuk menghindari nilai buruk.
2.
Hukuman
Apabila reinforcement memperkuat perilaku, hukuman memperlemah,
mengurangi peluangnya
terjadi lagi di masa depan. Sama halnya dengan reinforcement, ada dua
macam hukuman, positif dan negatif.
Hukuman
yang positif meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak
menyenangkan jika perilaku itu terjadi. Orang tua menggunakan hukuman positif
ketika mereka memukul, memarahi, atau meneriaki anak karena perilaku yang
buruk. Masyarakat menggunakan hukuman positif ketika mereka menahan atau
memenjarakan seseorang yang melanggar hukum.
Hukuman
negatif atau disebut juga peniadaan, meliputi mengurangi perilaku dengan
menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perilaku terjadi. Taktik orang tua
yang membatasi gerakan anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya karena perbuatan
anaknya yang buruk merupakan contoh hukuman negatif.
Kontroversi
yang besar terjadi manakala membicarakan apakah hukuman merupakan cara yang
efektif dalam mengurangi atau meniadakan perilaku yang tidak diinginkan.
Eksperimen dalam laboratorium yang sangat hati-hati membuktikan bahwa, ketika
hukuman digunakan dengan bijaksana, ternyata menjadi metode yang efektif dalam
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Namun demikian, hukuman memiliki beberapa
kelemahan. Ketika seseorang dihukum sehingga sangat menderita, ia menjadi marah,
agresif, atau reaksi emosional negatif lainnya. Mereka mungkin menyembunyikan bukti-bukti
perilaku salah mereka atau melarikan diri dari situasi buruknya, seperti halnya
ketika seorang anak lari dari rumahnya. Lagi pula, hukuman mungkin
mengeliminasi perilaku yang dikehendaki bersamaan dengan hilangnya perilaku
yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh, seorang anak yang dipukul karena
membuat kesalahan di depan kelas kemungkinan tidak berani lagi tunjuk jari.
Karena alasan ini dan beberapa alasan lainnya, banyak pakar psikologi yang
merekomendasikan bahwa hukuman hanya boleh dilakukan untuk mengontrol perilaku
ketika tidak ada alternatif lain yang lebih realistis.
3.
Pembentukan
Pembentukan
merupakan teknik penguatan yang digunakan untuk mengajar perilaku hewan atau
manusia yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dalam cara ini, guru
memulainya dengan penguatan kembali suatu respons yang dapat dilakukan oleh
pembelajar dengan mudah, dan secara berangsur-angsur ditambah tingkat kesulitan
respons yang dibutuhkan. Sebagai contoh, mengajar seekor tikus menekan tuas
yang terletak di atas kepalanya, pelatihnya dapat pertama-tama memberikan
hadiah pada gerakan kepala apapun ke arah atas, kemudian gerakan ke arah atas
2,5 cm, dan seterusnya, sampai gerakan tersebut mampu menekan tuas.
Pakar
psikologi telah menggunakan shaping (pembentukan) ini untuk mengajarkan
kemampuan berbicara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental yang parah
dengan pertama-tama memberikan hadiah pada suara apa pun yang mereka keluarkan,
dan kemudian secara berangsur menuntut suara yang semakin menyerupai kata-kata
dari gurunya. Pelatih binatang di dalam sirkus dan kebun binatang menggunakan shaping
ini untuk mengajar gajah berdiri dengan hanya bertumpu pada kaki
belakangnya saja, harimau berjalan di atas bola, anjing berjalan di dalam roda
yang berputar ke arah belakang, dan paus pembunuh dan lumba-lumba melompat
melalui lingkaran.
4.
Eliminasi
Penguatan
Di
dalam operant conditioning, extinction (eliminasi kondisi)
merupakan eliminasi dari perilaku yang dipelajari dengan menghentikan
penguat dari perilaku tersebut. Jika seekor tikus telah belajar menekan tuas
karena dengan melakukan ini hewan tersebut menerima makanan, tingkat
penekanannya pada tuas akan berkurang dan pada akhirnya berhenti sama
sekali jika makanan tidak lagi diberikan. Pada manusia, menarik kembali
penguat akan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Sebagai
contoh, orang tua seringkali memberikan reinforcement negative sifat
marah anak-anak muda dengan memberinya perhatian. Jika orang tua mengabaikan
saja kemarahan anak-anak dengan lebih memberikannya hadiah berupa perhatian
tersebut, frekuensi kemarahan dari anak-anak tersebut seharusnya secara
berangsurangsur akan berkurang.
5.
Generalisasi dan Diskriminasi
Generalisasi
dan diskriminasi yang terjadi di dalam operant conditioning nyaris sama
dengan yang terjadi di dalam classical conditioning. Dalam generalisasi,
seseorang suatu perilaku yang telah dipelajari dalam suatu situasi dilakukan
dalam kesempatan lain namun situasinya sama. Sebagai misal, seseorang yang
diberi hadiah dengan tertawa atas ceritanya yang lucu di suatu bar akan
mengulang cerita yang sama di retoran, pesta, atau resepsi pernikahan.
Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam
suatu situasi namun tidak dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa
menceritakan leluconnya di dalam gereja atau dalam situasi bisnis yang
memerlukan keseriusan tidak akan membuat orang tertawa. Stimuli diskriminatif
memberikan peringatan bahwa suatu perilaku sepertinya diperkuat negatif. Orang
tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya ketika ia berada pada
situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif). Belajar ketika
perilaku akan dan tidak akan diperkuat merupakan bagian penting dari operant
conditioning.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan :
Dalam teori perkembangan individu, masing-masing pendapat
para tokoh berbeda beda dan mempunyai kelebihan dari masing-masing teori.
Teori behavioristik sangat bertolak belakang dengan
teori psikoanalisa karena teori bahavioristik memceritakan tentang kepribadian
manusia dan karena semua unsur-unsur dalam teori psikoanalisa tidak
dapat diamati seperti id, ego dan super ego.
DAFTAR PUSTAKA
·
Umar,
Nasaruddin. (1999). Argumen Kesetaraan Jender: Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta:
Paramadina. Cet. I.
·
Atkinson,
et.al. 1996. Pengantar Psikologi (terj Dharma, Agus.) Jakarta :
Erlangga
·
Walgito,Bimo. 2002. Pengantar Psikologi.
Yogyakarta : Penerbit Andi
·
Wikipedia.
2006. B F Skinner. (Online). (http: //en.wikipedia.org/wiki/
B_F_Skinner.html.
·
Wikipedia.
2006. Albert Bandura. (Online). (http: //en.wikipedia.org/wiki/ Albert
Bandura.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar