Sudah berapa yakk..

Minggu, 25 November 2012

Teori-teori yang melandasi perkembangan individu { Teori Psikoanalisa (Freud) & Teori Behavioristik (Pavlov, Skinner) }


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia. Di dalam psikologi terdapat psikologi perkembangan yang diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam proses perkembangannya. Di dalam psikologi perkembangan terdapat banyak teori-teori yang mengemukakan hal tersebut yag di antara teori-teori satu sama lain ada yang berkaitan, ada juga yang bertolak belakang. Untuk memahami hal tersebut akan dijelaskan pada bab pembahasan.

B.   Rumusan Masalah

Membandingkan teori-teori yang melandasi perkembangan individu :
a.    Teori Psikoanalisa (Freud)
b.    Teori Behavioristik (Pavlov, Skinner)

C.   Tujuan

a.    Agar mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang melandasi perkembangan individu
b.    Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori psikologi perkembangan dengan lingkungan pendidikan di lapangan




BAB II
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan masing-masing teori yang melandasi perkembangan individu diantara :

A.   TEORI PSIKOANALISA MENURUT SIGMUND FREUD

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku dan kepribadian laki-laki dan perempuan sejak awal ditentukan oleh perkembangan seksualitas. Teori Kepribadian Freud dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika, perkembangan kepribadian.

a)    Struktur Kepribadian

     Menurut Freud, kepribadian itu terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu :
1)    Das es (the id), yaitu aspek biologis
2)    Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
3)    Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis

       Ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, prinsip kerja, sifat dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.

1)    Das Es atau The Id

Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri bawaan. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, mendesak, dan bersifat tidak sadar. Id hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika, dan akhlak. Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber semua energi psikis, yakni libeido, dan pada dasarnya bersifat seksual.

Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original dalam kepribadian dan dari aspek ini kedua aspek lain tumbuh. Id hanya memburu hawa nafsunya saja tanpa menilai hal tersebut baik atau buruk. Ia merupakan bagian ketidaksadaran yang primitif di dalam pikiran, yang terlahir bersama individu.
Id bekerja sejalan dengan prinsip-prinsip kenikmatan, yang bisa dipahami sebagai dorongan untuk selalu memenuhi kebutuhan dengan serta merta.
Fungsi satu-satunya id adalah untuk mengusahakan segera tersalurnya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan yang dicurahkan dalam jasadnya oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia bertugas menerjemahkan kebutuhan satu organisme menjadi daya-daya motivasional, yang dengan kata lain disebut dengan insting atau nafsu. Freud juga menyebutnya dengan kebutuhan. Penerjemahan dari kebutuhan menjadi keinginan ini disebut dengan proses primer.
2)    Das Ich atau The Ego

Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego bertindak sebagai lawan dari Id. Ego timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan.
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Ego merupakan tempat berasalnya kesadaran, biarpun tak semua fungsinya bisa dibawa keluar dengan sadar.

Ego merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam dunia batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Peran utama ego adalah menjadi jembatan antara kebutuhan insting dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan adanya organisme.

Ego menghubungkan organisme dengan realitas dunia melalui alam sadar yang dia tempati, dan dia mencari objek-objek untuk memuaskan keinginan dan nafsu yang dimunculkan id untuk merepresentasikan apa yang dibutuhkan organisme. Proses penyelesaian ini disebut dengan proses sekunder.

3)    Das Ueber Ich atau The Super Ego

Superego ialah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif. Ia bertindak sebagai pengarah atau hakim bagi egonya. Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego merepresentasikan hal yang ideal, dan mendorongnya bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri.

Jadi superego cenderung untuk menentang, baik ego maupun id, dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal. Ketiga aspek tersebut meski memiliki karakteristik sendiri dalam prakteknya, namun ketiganya selalu berinteraksi secara dinamis.

b)    Dinamika Kepribadian
Freud beranggapan bahwa dinamika kepribadian ini dimungkinkan oleh adanya energi yang ada di dalam kepribadian itu. Energi ini yag dinamakanya energi psikis, diasalkan dari energi fisiologis yang bersumber pada makanan. Energi psikis ini disimpan di dalam insting-insting, jadi insting-insting itu dapat dimisalkan sebagai reservoir energi psikis. Menurut Freud di dalam diri kita ini ada dua macam atau kelompok instin-insting, yaitu :
Ø  Insting-insting hidup
Fungsi insting-insting hidup ialah melayani maksud individu untuk tetap memperpanjang ras. Bentuk-bentuk utama insting-insting hidup ini adalah insting-insting makan, minum, seksual.
Ø  Insting-insting mati
Insting-insting mati ini, yang disebut juga insting-insting merusak (destruktif) berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”.

c)    Perkembangan Kepribadian
            Perkembangan Kepribadian adalah belajar mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok ialah (1) proses pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi, (3) konflik, (4) ancaman.
            Karena orang menhadapi salah satu atau lebih daripada sumber tegangan itu, maka timbulah rasa tidak enak, tidak aman di dalam dirinya, jadi timbul tegangan. Individu tidak akan tinggal diam dala keadaan yang tidak enak atau tidak aman itu (karena prinsipnya adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan), maka dia akan berusaha mendapatkan cara-cara tertentu untuk mengurangi atau menghilangkan tegangan yang menimbulkan rasa tak enak itu. Apabila dia telah mendapatkan cara itu, maka dia telah belajar, dia telah lebih maju lagi, dengan kata lain dia telah berkembang.


Ø  Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahahan ego termasuk dalam teori psikoanalisis Sigmund Freud. Timbulnya mekanisme pertahanan ego tersebut, karena adanya kecemasan-kecemasan yang dirasakan individu. Adapun definisi kecemasan ialah perasaan terjepit atau terancam, ketika terjadi konflik yang menguasai ego. Kecemasan-kecemasan ini ditimbulkan oleh ketegangan yang datang dari luar.
Sigmund Freud sendiri mengartikan mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi atau diredakan.
Mekanisme-mekanisme pertahanan ego itu tidak selalu patologis, dan bisa memiliki nilai penyesuaian jika tidak menjadi suatu gaya hidup untuk menghindari kenyataan. Mekanisme-mekanisme pertahanan ego yang digunakan oleh individu bergantung pada taraf perkembangan dan derajat kecemasan yang dialaminya.
Semua mekanisme pertahanan ego memiliki dua ciri umum, yakni (1) mereka menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan, dan (2) mereka bekerja secara tidak sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang terjadi.
Menurut Freud, sebenarnya ada bermacam bentuk mekanisme pertahanan ego yang umum dijumpai, tetapi peneliti hanya mengambil sembilan macam saja, yakni:
1.    Proyeksi
Proyeksi adalah secara begitu saja (tidak sadar, mekanis) menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu diamati atau dihayati sebagai sifat-sifat orang lain atau sifat-sifat benda di luar dirinya. Misalnya seseorang membenci orang lain, menghayati seolah-olah orang lain itulah yang benci kepadanya.
2.    Fiksasi
Fiksasi adalah berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkannya, karena melangkah ke fase yang lebih lanjut itu menimbulkan ketakutan atau rasa tidak enak.
3.    Isolasi
Isolasi adalah menyisihkan (mengisolir) sesuatu dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting.
4.    Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah memberikan alasan yang rasional kepada sesuatu kejadian, sehingga kejadian yang jika sekiranya tanpa alasan yang demikian itu baginya akan menimbulkan ketidakenakan itu.
5.    Regresi
Regresi adalah kembali lagi ke fase yang telah pernah ditinggalkannya, karena menghadapi situasi yang baginya mengandung bahaya.
6.    Transkulpasi
Transkulpasi adalah mengkambinghitamkan orang lain, walaupun diri sendiri yang sebenarnya yang membuat kesalahan.

Ø  Tiga Penerapan Psikoanalisa
1) suatu metode penelitian dari pikiran
2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia
3) suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.


B.   TEORI BEHAVIORISTIK MENURUT PAVLOV DAN SKINNER

Prinsip dasar model behavioral bertolak dari pandangan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berbasis data teramati, dan yang disebut perilaku adalah manifestasi organisme yang teramati. Model ini menolak dunia dalam diri individu seperti halnya id, ego, super ego, yang menjadi kekuatan utama teori psikoanalisa, karena semua unsur-unsur itu tidak dapat diamati. Dua teori yang sangat signifikan dalam teori ini adalah teori Pavlov dan Skinner.



1.    Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah orang Rusia yang sangat dikenal dengan teori pengkondisian klasik (classical conditioning) dengan eksperimennya yang menggunakan anjing sebagai obyek penelitian. Pengkondisian model Pavlov ini menyatakan bahwa rangsangan yang diberikan secara berulang-ulang serta dipasangkan dengan unsure penguat, akan menyebabkan suatu reaksi (JP. Chaplin, 2002:103).

Menurut Pavlov (Walgito,2002:53) aktivitas organisme dapat dibedakan atas :

a.    Aktivitas yang bersifat reflektif : yaitu aktivitas organisme yang tidak disadari oleh organisme yang bersangkutan. organisme membuat respons tanpa disadari sebagai reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.

b.    Aktivitas yang disadari : yaitu aktivitas atas dasar kesadaran organisme yang bersangkutan. Ini merupakan respons atas dasar kemauan sebagai suatu reaksi terhadap stimulus yang diterimanya. ini berarti bahwa stimulus yang diterima oleh organisme itu sampai pada pusat kesadaran, dan barulah terjadi suatu respons.

Dengan demikian maka jalan yang ditempuh oleh stimulus dan respons atas kesadaran yang lebih panjang apabila dibandingkan dengan stimulus-respons yang tidak disadari (respons reflektif).

Psikologi yang digagas oleh Pavlov dikenal dengan psikologi reflek (psychoreflexiologi), karena Pavlov lebih memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bersifat reflek. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.


2.    Teori Burrhus Frederic "B. F." Skinner (1904-1990)

Burrhus Frederic "B. F." Skinner adalah pakar psikologi yang lahir di pedesaan. Bercita-cita menjadi seorang penulis fiksi, ia pernah secara intensif berlatih menulis. Namun pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tidak memiliki bakat tersebut.

Pada suatu saat secara kebetulan ia membaca buku yang mengulas tentang behaviorismenya Watson. Ketertarikannya terhadap Psikologi pun berlanjut, sehingga ia memutuskan untuk belajar Psikologi di Harvard University (AS) dan memperoleh gelar Ph.D. pada tahun 1931. Setelah dua kali pindah mengajar di dua universitas, Ia kembali mengajar di almamaternya hingga menjadi profesor di tahun 1948.

Skinner menjadi terkenal karena kepeloporannya melakukan riset terhadap belajar dan perilaku. Selama 60 tahun karirnya, Skinner menemukan berbagai prinsip penting dari operant conditioning, suatu tipe belajar yang melibatkan penguatan dan hukuman.

Sebagai seorang behavioris sejati, Skinner yakin bahwa operant conditioning dapat menjelaskan bahkan perilaku manusia yang paling kompleks sekalipun. Pada kenyataannya, Skinner lah memang yang pertama kali memberi istilah operant conditioning.

Teori Skinner disebut teori operant conditioning yaitu suatu pendekatan dalam psikologi yang menggunakan unit stimulus respons untuk mempelajari perilaku yang teramati dalam situasi yang terkendali.

Perilaku terbentuk dalam wujud ikatan stimulus respons dan sama sekali tidak menghiraukan konstruks internal yang dapat menjelaskan mekanisme yang terjadi dalam diri manusia.

Ø  Prinsip-prinsip Operant Conditioning diantarnya adalah :

1.    Penguatan

Reinforcement (penguatan) berarti proses yang memperkuat perilaku—yaitu, memperbesar kesempatan supaya perilaku tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum reinforcement, yaitu positif dan negatif. Eksperimen Thorndike dan Skinner menggambarkan reinforcement positif, suatu metode memperkuat perilaku dengan menyertaikan stimulus yang menyenangkan. Reinforcement positif merupakan metode yang efektif dalam mengendalikan perilaku baik hewan maupun manusia. Untuk manusia, penguat positif meliputi item-item mendasar seperti makanan, minuman, seks,
dan kenyamanan yang bersifat fisikal. Penguat positif lain meliputi kepemilikan materi, uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan sukses karir seseorang.

Bergantung pada situasi dan kondisi, penguatan positif dapat memperkuat perilaku baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Anak-anak kemungkinan mau bekerja keras di rumah maupun di sekolah karena penghargaan yang mereka terima dari orang tua maupun gurunya karena unjuk kerjanya yang bagus. Namun demikian, mereka mungkin juga mengganggu kelas, mencoba melakukan hal-hal yang berbahaya, atau mulai merokok karena perilaku-perilaku tersebut mengarahkan perhatian dan penerimaan dari kelompok sebayanya. Salah satu penguat yang paling umum untuk perilaku manusia adalah uang. Banyak orang dewasa menghabiskan waktunya selama berjam-jam untuk pekerjaan mereka karena imbalan upah. Untuk individu tertentu, uang dapat juga menjadi penguat untuk perilaku yang tidak diinginkan, seperti perampokan, penjualan obat bius, dan penggelapan pajak.

Reinforcement  negatif merupakan suatu cara untuk memperkuat suatu perilaku melalui cara menyertainya dengan menghilangkan atau meniadakan stimulus yang tidak menyenangkan. Ada dua tipe reinforcement negatif: mengatasi dan menghindari. Didalam tipe pertama (mengatasi), seseorang melakukan perilaku khusus mengarah pada menghilangkan stimulus yang tidak mengenakkan. Sebagai contoh, jika seseorang dengan sakit kepala mencoba obat jenis baru pengurang rasa sakit dan sakit kepalanya dengan cepat hilang, orang ini kemungkinan akan menggunakan obat itu lagi ketika
terjadi lagi sakit kepala. Dalam tipe kedua (menghindari), seseorang melakukan suatu perilaku menghindari akibat yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, pengemudi kemungkinan mengambil jalur tepi jalan raya untuk menghindari tabrakan beruntun, pengusaha membayar pajak untuk menghindari denda dan hukuman, dan siswa mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk menghindari nilai buruk.

2.    Hukuman

Apabila reinforcement  memperkuat perilaku, hukuman memperlemah,
mengurangi peluangnya terjadi lagi di masa depan. Sama halnya dengan reinforcement, ada dua macam hukuman, positif dan negatif.

Hukuman yang positif meliputi mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak menyenangkan jika perilaku itu terjadi. Orang tua menggunakan hukuman positif ketika mereka memukul, memarahi, atau meneriaki anak karena perilaku yang buruk. Masyarakat menggunakan hukuman positif ketika mereka menahan atau memenjarakan seseorang yang melanggar hukum.

Hukuman negatif atau disebut juga peniadaan, meliputi mengurangi perilaku dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perilaku terjadi. Taktik orang tua yang membatasi gerakan anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya karena perbuatan anaknya yang buruk merupakan contoh hukuman negatif.

Kontroversi yang besar terjadi manakala membicarakan apakah hukuman merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau meniadakan perilaku yang tidak diinginkan. Eksperimen dalam laboratorium yang sangat hati-hati membuktikan bahwa, ketika hukuman digunakan dengan bijaksana, ternyata menjadi metode yang efektif dalam mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Namun demikian, hukuman memiliki beberapa kelemahan. Ketika seseorang dihukum sehingga sangat menderita, ia menjadi marah, agresif, atau reaksi emosional negatif lainnya. Mereka mungkin menyembunyikan bukti-bukti perilaku salah mereka atau melarikan diri dari situasi buruknya, seperti halnya ketika seorang anak lari dari rumahnya. Lagi pula, hukuman mungkin mengeliminasi perilaku yang dikehendaki bersamaan dengan hilangnya perilaku yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh, seorang anak yang dipukul karena membuat kesalahan di depan kelas kemungkinan tidak berani lagi tunjuk jari. Karena alasan ini dan beberapa alasan lainnya, banyak pakar psikologi yang merekomendasikan bahwa hukuman hanya boleh dilakukan untuk mengontrol perilaku ketika tidak ada alternatif lain yang lebih realistis.

3.    Pembentukan

Pembentukan merupakan teknik penguatan yang digunakan untuk mengajar perilaku hewan atau manusia yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dalam cara ini, guru memulainya dengan penguatan kembali suatu respons yang dapat dilakukan oleh pembelajar dengan mudah, dan secara berangsur-angsur ditambah tingkat kesulitan respons yang dibutuhkan. Sebagai contoh, mengajar seekor tikus menekan tuas yang terletak di atas kepalanya, pelatihnya dapat pertama-tama memberikan hadiah pada gerakan kepala apapun ke arah atas, kemudian gerakan ke arah atas 2,5 cm, dan seterusnya, sampai gerakan tersebut mampu menekan tuas.

Pakar psikologi telah menggunakan shaping (pembentukan) ini untuk mengajarkan kemampuan berbicara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental yang parah dengan pertama-tama memberikan hadiah pada suara apa pun yang mereka keluarkan, dan kemudian secara berangsur menuntut suara yang semakin menyerupai kata-kata dari gurunya. Pelatih binatang di dalam sirkus dan kebun binatang menggunakan shaping ini untuk mengajar gajah berdiri dengan hanya bertumpu pada kaki belakangnya saja, harimau berjalan di atas bola, anjing berjalan di dalam roda yang berputar ke arah belakang, dan paus pembunuh dan lumba-lumba melompat melalui lingkaran.

4.    Eliminasi Penguatan

Di dalam operant conditioning, extinction (eliminasi kondisi) merupakan eliminasi dari perilaku yang dipelajari dengan menghentikan penguat dari perilaku tersebut. Jika seekor tikus telah belajar menekan tuas karena dengan melakukan ini hewan tersebut menerima makanan, tingkat penekanannya pada tuas akan berkurang dan pada akhirnya berhenti sama sekali jika makanan tidak lagi diberikan. Pada manusia, menarik kembali penguat akan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, orang tua seringkali memberikan reinforcement negative sifat marah anak-anak muda dengan memberinya perhatian. Jika orang tua mengabaikan saja kemarahan anak-anak dengan lebih memberikannya hadiah berupa perhatian tersebut, frekuensi kemarahan dari anak-anak tersebut seharusnya secara berangsurangsur akan berkurang.

5.    Generalisasi dan Diskriminasi

Generalisasi dan diskriminasi yang terjadi di dalam operant conditioning nyaris sama dengan yang terjadi di dalam classical conditioning. Dalam generalisasi, seseorang suatu perilaku yang telah dipelajari dalam suatu situasi dilakukan dalam kesempatan lain namun situasinya sama. Sebagai misal, seseorang yang diberi hadiah dengan tertawa atas ceritanya yang lucu di suatu bar akan mengulang cerita yang sama di retoran, pesta, atau resepsi pernikahan. Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi namun tidak dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa menceritakan leluconnya di dalam gereja atau dalam situasi bisnis yang memerlukan keseriusan tidak akan membuat orang tertawa. Stimuli diskriminatif memberikan peringatan bahwa suatu perilaku sepertinya diperkuat negatif. Orang tersebut akan belajar menceritakan leluconnya hanya ketika ia berada pada situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif). Belajar ketika perilaku akan dan tidak akan diperkuat merupakan bagian penting dari operant conditioning.


BAB III
PENUTUP


Kesimpulan :

Dalam teori perkembangan individu, masing-masing pendapat para tokoh berbeda beda dan mempunyai kelebihan dari masing-masing teori.
Teori behavioristik sangat bertolak belakang dengan teori psikoanalisa karena teori bahavioristik memceritakan tentang kepribadian manusia dan karena semua unsur-unsur dalam teori psikoanalisa tidak dapat diamati seperti id, ego dan super ego.


DAFTAR PUSTAKA

·         Umar, Nasaruddin. (1999). Argumen Kesetaraan Jender: Perspektif Al-Qur’an.
Jakarta: Paramadina. Cet. I.
·         Atkinson, et.al. 1996. Pengantar Psikologi (terj Dharma, Agus.) Jakarta :
Erlangga
·         Walgito,Bimo. 2002. Pengantar Psikologi. Yogyakarta : Penerbit Andi
·         Wikipedia. 2006. B F Skinner. (Online). (http: //en.wikipedia.org/wiki/
B_F_Skinner.html.
·         Wikipedia. 2006. Albert Bandura. (Online). (http: //en.wikipedia.org/wiki/ Albert
Bandura.html.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar