Logika dan
penalaran ilmiah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita sudah begitu sering berpikir,
rasa-rasanya berpikir begitu mudah. Semenjak kecil kita sudah biasa
melakukannya. Setiap hari kita berdialog dengan diri kita sendiri, berdialog
dengan orang lain, berbicara, menulis, membaca suatu uraian, mengkaji suatu
tulisan, mendengarkan penjelasan-penjelasan dan mencoba menarik
kesimpulan-kesimpulan dari apa yang kita lihat dan kita dengar. Terus-menerus
sering kali hampir tanpa rasa disadari.
Namun, apabila diselidiki lebih
lanjut, dan terutama bila harus dipraktekkan sungguh-sungguh, ternyata bahwa
berpikir dengan teliti dan tepat merupakan kegiatan yang cukup sukar juga.
Manakala kita meneliti dengan seksama dan sistematis berbagai penalaran, segera
akan dapat diketahui bahwa banyak penalaran tidak “menyambung”, tidak
“nyekurep”. Di dalam kegiatan berpikir, benar-benar dituntut kesanggupan
pengamatan yang kuat dan cermat; dituntut kesanggupan melihat
hubungan-hubungan, kejanggalan-kejanggalan, kesalahan-kesalahan yang
terselubung dan lain sebagainya.
Orang biasanya menganggap benar apa
yang disukainya, apa yang dimauinya. Perasaan dan prasangka dapat bahkan sering
mengelabui atau mengaburkan pandangan mata kita sehingga terjadi
kesimpulan-kesimpulan yang ngawur. Selain itu kebiasaan-kebiasaan dan pendapat
umum mempengaruhi jalan pikiran kita. Dalam praktek sering kali sulit untuk
mengajukan alasan yang tepat, atau menunjukkan mengapa suatu pendapat tidak
dapat kita terima.
Keinsafan akan adanya
kesulitan-kesulitan itu mendorong orang untuk memikirkan caranya ia berpikir, serta meneliti asas-asas hukum yang
harus mengatur pemikiran manusia agar dapat mencapai kebenaran. Dengan demikian
timbullah suatu ilmu yang disebut logika,
yang dipelopori oleh Aristoteles (348
– 322 SM) dengan karyanya yang terkenal To
Organon. Logika melatih kita untuk dapat membedakan pemikiran yang tepat, “lurus” dan benar dari yang kacau serta
salah, atau “nalar yang pating sluwir”,
yakni pikiran yang rompang-ramping.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Penalaran
Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada
salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai
pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan
itu terdiri dari pengertian-pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian
satu dengan yang lainnya ada batas-batas tertentu untuk menghindari kekaburan
arti.
Pengertian penalaran adalah merupakan suatu pemikiran
jenis yang khusus, yang didalamnya penyimpulan terjadi, atau didalamnya
kesimpulan ditarik dari premis-premis yang ada atau Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi
yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi.
Penalaran
adalah suatu proses berpikir dengan menghubungkan bukti,
fakta, petunjuk atau eviden, atau pun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju
suatu kesimpulan.
Logika mempelajari masalah penalaran (reasoning) dan
tidak semua kegiatan berpikir itu adalah sebuah penalaran. Kegiatan penalaran
dalam logika disebut juga dengan penalaran logis. Penalaran adalah proses dari
akal manusia yang berusaha untuk menimbulkan suatu keterangan baru dari
beberapa keterangan yang sebelumnya sudah ada. Dalam logika, keterangan yang
mendahului disebut premis, sedangkan keterangan yang diturunkannya disebut
kesimpulan. Penalaran dianggap sebagai konsep kunci yang menjadi pembahasan
dalam logika. Penalaran adalah suatu corak pemikiran khas yang dimiliki manusia
untuk memecahkan suatu masalah.
Menalar
/ berpikir
Yaitu kegiatan berpikir atau akal budi manusia. Dengan
berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah kita
terima melalui panca indra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Jadi,
dengan istilah “berpikir” ditunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan
terarah. “Melamun” tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan
panca indera (melihat, mendengar dan sebagainya) dan kegiatan ingatan dan
khayalan, meskipun ini semua penting sekali untuk dapat berpikir (dan
menghasilkan buah pikiran yang berarti). Tetapi berpikir juga berarti kegiatan
kenyataan yang menggerakkan pikiran. kenyataan yang memegang inisiatif.
Dengan kata-kata yang lebih sederhana dapat dikatakan
bahwa berpikir adalah “berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin” (Plato,
Aristoteles); mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu,
menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran dan
sebagainya.
Agar
suatu penalaran atau pemikiran menelorkan kesimpulan yang benar, ada tiga syarat pokok yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Pemikiran
harus berpangkal dari kenyataan atau titik pangkalnya harus benar
Suatu
pemikiran yang meskipun jalan pikirannya ‘logis’ tidak berpangkalan dari
kenyataan atau dari dalil yang benar, tentu tidak akan menghasilkan kesimpulan
yang benar.
b. Alasan-alasan
yang diajukan harus tepat dan kuat
Kerap kali
orang mengajukan pertanyaan atau pendapat tetapi sama sekali tidak dibuktikan
atau didukung dengan alasan-alasan yang kuat. Sering juga orang ‘merasa’ sudah
pasti dan yakin dalam menarik kesimpulan, padahal sebenarnya tidak cukup
alasan, atau alasan yang dikemukan itu tidak ‘kena’, tidak kuat, tidak
membuktikan apa-apa.
c. Jalan
pikiran harus logis atau lurus (‘sah’)
Jika titik
pangkal memang benar dan tepat, tetapi jalan pikiran (urutan
langkah-langkahnya) tidak tepat, maka kesimpulan juga taidak tepat dan benar.
Jalan pikiran itu mengenai pertalian atau hubungan antara titik pangkal/alasan
dan kesimpulan yang ditarik daripadanya. Jika hubungan tersebut tepat dan
logis, maka kesimpulan disebut ‘sah’ (valid).
2. Tujuan
Penalaran
Tujuan
dilakukannya penalaran adalah sebagai berikut :
1)
Sebagai
panduan untuk mampu memberikan
perkembangan yang berarti pada potensi
yang anda miliki.
2)
Untuk
mengukur kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah secara logis berdasarkan informasi yang disediakan.
3)
Untuk
mengukur kemampuan seseorang dalam
bekerja secara kompoten dengan angka-angka dan memecahkan masalah berdasarkan
data yang tersedia berbagai bentuk, seperti diagram, grafi dan table statistic
4)
Untuk
mengukur kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dan memahami kata-kata
secara tertulis.
3. Logika
dan Penalaran Ilmiah
a)
Logika
Perkataan
logika diturukan dari kata sifat logike, bahasa yunani, yang berhubungan dengan
kata benda logos, berarti pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari
pikiran. Hal ini membuktikan bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara
pikiran dan perkataan yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Logika juga merupakan
mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk
membedakan penalaran yang tepat (valid) dan penalaran yang tidak tepat (tidak
valid).
Penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan
pengetahuan. Supaya pengetahuan yang didapat benar maka penarikan kesimpulan
harus dilakukan dengan benar atau mengikuti pola tertentu. Cara penarikan
kesimpulan disebut logika. Ada dua cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif
dan logika deduktif.
Induksi merupakan cara berpikir dengan melakukan penarikan
kesimpulan yang bersifat umum/general berdasarkan kasus-kasus
individu/spesifik. Kentungan kesimpulan yang bersifat umum ini yang pertama
adalah ekonomis. Dan yang ke 2 bahwa kesimpulan umum ini memungkinkan proses
penalaran berikutnya baik induktif maupun deduktif. Dengan demikian
memungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan secara sistematis
Deduksi merupakan cara berpikir untuk melakukan penarikan
kesimpulan dari peryataan umum menjadi pernyataan khusus. Penalaran deduktif
menggunakan pola berpikir silogisme. Dari premis mayor dan premis minor
kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Contoh
:
Semua
mahluk memiliki mata - premis mayor
Si
A adalah makhluk - premis minor
Jadi
Si A memiliki mata – kesimpulan
Ketepatan penarikan kesimpulan bergantung pada kebenaran
premis mayor, kebenaran premis minor dan cara/keabsahan penarikan kesimpulan.
Baik logika deduktif maupun induktif menggunakan pengetahuan
sebagai premis-premisnya berupa pengatahuan yang dianggapnya benar. Kaum
rasionalis menggunakan metode deduktif untuk menyusun pengetahuannya. Premis
yang digunakannya berasal dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat
diterima.
Dari sini kemudia muncul paham idealisme. Yaitu paham yang
mengakui bahwa sudah ada prinsip yang ada jauh sebelum manusia memikirkannya.
Prinsip yang sudah ada ini dapat diketahui manusia memlalui kemampuan berpikir
rasionalnya.
Para pemikir rasional ini cenderung subjekti, jika tidak ada
konsensus yang disepakati. Karena ide/prinsip bagi si A belum tentu sama dengan
si B.
Berlawanan dengan kaum rasionalis, kaum empiris mendapatkan
pengetahuan melaui pengalaman yang bersifat konkret yang diperoleh lewat tangkapan
pancaindera manusia. Gejala-gejal yang diamati kemudian ditelaah lebih lanjut
dan mendapatkan pola tertentu setelah mendapat karakteristik persamaan dan
pengulanngan .dari pengamatan. Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah
nyata karena merupakan gejala yang tertangkap panca indera.
b)
Penalaran
Ilmiah
Kemampuan menalarlah yang membedakan manusia dari binatang.
Kemampuan menalar ini lah kekuatan manusia yang menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan. Binatang juga mempunyai pengetahuan tetapi hanya
terbatas untuk bertahan hidup (survival). Manusia mampu mengembangkan
kemampuannya karena dua hal, yaitu yang pertama manusia mempunyai bahasa untuk
berkomunikasi dan mampu menyampaikan informasi atau pendapat. Hal yangke 2
manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut kerangka berpikir tertentu.
Penalaran pada hakikatnya adalah proses berpikir dalam
rangka menarik kesimpulan atau menemukan kebenaran.
Ciri-ciri
penalaran sebagai kegiatan berpikir
·
logis , kegiatan berpikir dengan
pola tertentu
·
analitik,
perasaan meruapakan kegiatan peanarikan kesimpulan yang
tidak didasarkan penalaran. Instuisi adalah kegiatan berpikir non analatik yang
tidak berdasarkan pola tertentu.
Untuk melakukan kegiatan penalaran analisis , maka kegiatan
tersebut awalnya harus diisi dulu oleh sebuah materi pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran biasanya berdasarkan rasio ataupun
fakta.
·
Rasionalisme adalah aliran yang
berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran. Rasionalisme memakai cara
penalaran deduktif.
·
Empirisme adalah paham yang
menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia adalah sumber
kebenaran. Cara penalaran yang digunakan oleh paham empirisme adalah penalaran
induktif.
Penalaran ilmiah dipakai untuk meningkatkan mutu ilmu dan
teknologi. Penalaran ilmiah menggunakan gabungan dari penalaran induktif dan
deduktif.
Dalam hal ini
pula dibutuhkan sarana. Sarana dalam
berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga yakni;
a)
Bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang
merupakan suatu pernyataan atau pendapat-pendapat.
b)
Bahasa logika dan matematika, merupakan dua
pengetahuan yang selalu berhubungan erat, yang keduanya sebagai sarana berpikir
deduktif. Baik logika maupun matematika lebihh mementingkan bentuk logis
pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas.
c)
Logika dan statistika, mempunyai peranan
penting dalam berpikir induktif untuk konsep yang berlaku umum.
4. Produk
Penalaran Ilmiah
1) Karya
Ilmiah
Karya ilmiah
lazim juga disebut karangan ilmiah. Lebih lanjut, Brotowidjoyo menjelaskan karangan ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh
hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya (Susilo, M. Eko,
1995:11).
Karya ilmiah
atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan
publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan
oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang
dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan
ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan
artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan
ilmuwan. Karya ilmiah
adalah semua bentuk karya tulis berupa buku, artikel, skripsi, tesis,
desertasi, atau laporan ilmiah.
Data, simpulan,
dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah biasa dijadikan acuan
(referensi) ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian
selanjutnya. Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat
metode ilmiah. Menurut John Dewey ada
5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu:
(1) mengenali
dan merumuskan masalah
(2) menyusun
kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis
(3) merumuskan
hipotesis atau dugaan hasil sementara
(4) menguji
hipotesis
(5) menarik
kesimpulan.
Ciri – ciri Karya Ilimiah
Secara ringkas ciri ciri karya ilmiah
adalah sebagai berikut :
1)
Menyajikan
fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada
situasi spesifik.
2)
Penulisannya
cermat, tepat, dan benar serta tulus. Tidak memuat terkaan.
Pernyataan-pernyataan tulus tanpa mengingat efeknya.
3)
Tidak
mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak
kepadanya. Motivasi penulis hanya untuk memberitahukan tentang sesuatu. Penulis
yang ilmiah tidak ambisius dan tidak berprasangka.
4)
Karya
tulis yang ilmiah itu sistematis, tiap langkah direncanakan secara sistematis
terkendali, secara konseptual dan prosedural.
5)
Karya
tulis ilmiah itu tidak emotif, tidak menonjolkan perasaan. Karya tulis ilmiah
menyajikan sebab-akibat dan pengertian/pemahaman. Kata-katanya mudah dikenali.
Alasan-alasan yang dikemukakan indusif, mendorong untuk menarik kesimpulan
tidak terlalu tinggi dan bukan ajakan.
6)
Tidak
memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung kecuali dalam hipotesis kerja.
7)
Ditulis
secara tulus, dan memuat hanya kebenaran. Tidak memancing pertanyaan-pertanyaan
yang bernada keraguan.
8)
Karya
tulis ilmiah tidak argumentatif. Karya tulis yang ilmiah itu mungkin mencapai
kesimpulan, tetapi penulisnya membiarkan fakta berbicara sendiri.
9)
Karya
tulis yang ilmiah itu tidak persuasif yang dikemukakan fakta dan aplikasi hukum
alam kepada problem-problem spesifik. Tujuan karangan yang ilmiah itu untuk
mendorong pembaca merubah pendapat tetapi tidak melalui ajakan, argumentasi,
sanggahan dan protes, tetapi membiarkan fakta-fakta berbicara sendiri.
10) Karya tulis yang ilmiah itu tidak
melebih-lebihkan sesuatu. Dalam karya tulis yang ilmiah hanya disajikan
kebenaran fakta. Karena itu, memutar balikan fakta
Prinsip – Prinsip penulisan karya ilmiah
Tujuan menulis karya tulis ilmiah adalah
memberkan informasi kepada pembaca tentang ilmu pengetahuan. Sewaktu menulis
karya tulis ilmiah seyogyanya berpegang pada prinsip:
a)
Spesifik,
bayangkan pembaca yang diajak berdialog itu, baik secara real maupun maya,
adalah para pembaca yang memiliki inteligensi, tetapi belum diberitahu tentang
topik yang sedang dipaparkan.
b)
Kesinambungan,
tujuan yang telah ditetapkan tertuang dalam setiap paragraf, setiap kalimat,
bahkan kata-kata secara bahu-membahu berada dalam satu kontinuitas yang runtun.
Penjelasan diberikan pada suatu tempat yang tepat tidak ditunda pada bagian
yang salah tempat.
c)
Bernas, bahasa yang
digunakan sederhana, kongkrit, mudah dikenal dan umum dipakai oleh khalayak
umum. Bahasa sederhana diartikan sebagai bahasa yang dibangun menurut
kaidah-kaidah tata bahasa dan tertib dalam penulisannya. Kongkrit diartikan
sebagai pelaku-pelakunya tidak abstrak. Kata-kata yang tidak lazim dipakai
hendaknya dihindari.
d)
Koherens,
pada setiap permulaan dan akhir suatu bagian, sub-bagian, sub-sub bagian perlu
mencerminkan koherensi, seperti: pertama kali, katakan kepada pembaca apa yang
akan anda katakan, kemudian katakan kepada pembaca, akhiri dengan perkataan
kata-kata apa yang telah dikatakan”
e)
Memiliki daya tarik,
usahakan agar karya ilmiah yang ditulis nampak menarik, enak untuk dibaca,
tetapi tidak perlu ”sedap” untuk dibaca. Sebaiknya memperhatikan kaidah-kaidah
penuturan bahasa Indonesia yang baku.
f)
Jujur, tulisan sebuah
karya ilmiah perlu ditunjang sikap kejujuran, terutama dalam hal mengutip
pendapat orang lain. Berhati-hati dalam menulis kutipan langsung dan tidak
langsung. Jika menggunakan pendapat orang lain, katakan bahwa itu pendapat seseorang.
Yang bisa dilakukan memberi komentar terhadap pernyataan yang dikutip itu,
dalam suatu cakrawala pemahaman atau pembenaran. Hindari perbuatan ”plagiat”,
yang hanya ”copy” dan ”paste” pernyataan-pernyataan orang lain.
Tahapan
umum Penulisan Karya Ilmiah
a. Tahap persiapan:
1. Menemukan masalah atau
mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian (didukung oleh latar
belakang,identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah)
2. Mengembangkan kerangka
pemikiran yang berupa kajian teoritis
3. Mengajukan hipotesis atau
jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan
4. Metodologi (mencakup
berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran, dan
teknik analisis data)
b.
Tahap penulisan: perwujudan tahap
persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah
penulisan selesai
c.
Tahap penyuntingan: dilakukan setelah proses
penulisan dianggap selesai
Format
Karya Tulis Ilmiah
Pada umumnya format sebuah karya tulis
ilmiah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bagian pengantar, isi karya tulis
ilmiah, dan bagian pelengkap karya tulis ilmiah.
Bagian pengantar termasuk: halaman
judul, lembar pengesahan, pengantar, daftar isi, daftar tabel (kalau ada),
daftar gambar (kalau ada), daftar lampiran, abstrak. Bagian isi mencakup: Bab I
pendahuluan (termasuk: latarbelakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan
penelitian/penelusuran, tujuan, asumsi dan hipotesis, pentingnya penelitian/penelusuran,
metode penelitian/penelusuran, dan lokasi dan sampel penelitian/penelusuran);
Bab II pembahasan dan Bab III kesimpulan. Bagian pelengkap terdiri dari: daftar
pustaka, lampiran-lampiran (termasuk: angket atau panduan wawancara, atau
instrumen penelitian lainnya), dan riwayat hidup peneliti.
Bagian
Pengantar.
Judul karya tulis ilmiah.
Judul karya tulis ilmiah dirumuskan dalam satu kalimat yang ringkas,
komunikatif, dan afirmatif. Judul perlu mencerminkan konsistensi dan ruang
lingkup, tujuan, subjek, dan metode penelitian/penelusuran. Pada halaman judul
juga perlu disebutkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah, nama peneliti, logo
(Depdiknas), dan instansi tempat bekerja peneliti.
Lembar pengesahan.
Lembar pengesahan adalah pernyataan atasan (bisa juga pembimbing) terhadap
karya tulis ilmiah yang diajukan.
Kata pengantar.
Berisikan uraian yang mengantar para pembaca terhadap karya tulis ilmiah yang
diajukan. Biasanya berisikan rangkuman dan tata letak isi karya tulis ilmiah.
Pengantar perlu juga diikuti ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan karya ilmiahnya. Ucapan terimakasih sebaiknya
disampaikan secara singkat dan tidak merupakan bagian terpisah.
Daftar isi.
Daftar isi merupakan penyajian secara sistematika isi secara rinci dari karya
tulis ilmiah yang diajukan. Daftar isi berfungsi untuk mempermudah para pembaca
mencari judul atau sub-judul yang ingin dibacanya. Karena itu, judul dan
sub-judul yang ditulis dalam daftar isi harus langsung ditunjukkan nomor halamannya.
Nomor-nomor halaman awal sebelum Bab 1 menggunakan angka Romawi kecil
(i,ii,iii,iv, dan seterusnya), dan dari halaman pertama Bab 1 sampai halaman
terakhir karya tulis ilmiah menggunakan angka Arab (1,2,3,dan seterusnya).
Daftar tabel.
Berfungsi menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai
dengan tabel terakhir yang ada dalam karya tulis ilmiah. Nomor tabel ditulis
dengan menggunakan dua angka huruf Arab, dicantumkan secara berurutan, yang
masing-masing menyatakan nomor bab dan nomor urut tabel. Contoh: Tabel 1.3.
artinya tabel nomor 3 pada Bab 1. Pada bagian ini juga sebaiknya ditunjukkan
nomor halamannya.
Daftar gambar.
Berfungsi menyajikan gambar secara berurutan, mulai dari gambar pertama sampai
gambar terakhir yang ada dalam karya tulis ilmiah. Akidah penulisan sama dengan
kaidah penulisan untuk daftar tabel.
Daftar lampiran.
Daftar lampiran disusun seperti halnya daftar tabel dan daftar gambar. Nomor
urut lampiran dinyatakan dengan dua angka dengan tanda penghubung di antaranya.
Angka pertama menyatakan nomor Bab dan angka kedua menyatakan nomor urut
lampiran. Contoh: Lampiran 1.2 artinya lampiran 2 dari Bab 1. .
Abstrak. Abstrak
adalah ringkasan isi karya tulis ilmiah mulai dari Bab I sampai Bab V dalam
uraian sangat singkat. Pada umumnya mencakup pernyataan: tujuan penelitian,
masalah, metode, temuan penting, dan kesimpulan yang didapat. Karena
ringkasnya, sebuah abstrak biasanya terdiri dari tidak lebih dari empat
paragraf.
a. Bab
I : Pendahuluan
Bab I karya
tulis ilmiah berisi uraian tentang pendahuluan dan berisikan tentang:
latarbelakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, keguanaan penelitian, asumsi, hipotesis, metode penelitian secara
garis besar beserta teknik pengumpulan data dan pendekatannya, lokasi dan
sampel penelitian.
a.
Latarbelakang
masalah
Penulisan
latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah
yang diteliti itu timbul, dan mengapa merupakan hal penting untuk diteliti
ditinjau dari segi profesi peneliti, pengembangan ilmu, dan kepentingan
pembangunan di bidang pendidikan. Beberapa butir penting seperti:
1) alasan rasional dan esensial yang
membuat peneliti merasa resah, sekiranya masalah tersebut tidak diteliti;
2) gejala-gejala kesenjangan yang
terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan;
3) kerugian-kerugian yang mungkin timbul
seandainya masalah tersebut tidak diteliti;
4) keuntungan-keuntuangan yang mungkin
timbul senadainya masalah tersebut diteliti;
5) penjelasan singkat tentang kedudukan atau
posisi masalah yang akan diteliti dalam ruang lingkup bidang studi yang
ditekuni oleh peneliti.
Susunan latarbelakang
seperti disebutkan di atas secara runtun, jelas, dan tajam. Pahami
gejala-gejala yang muncul dalam dunia pendidikan, serta miliki pengetahuan yang
luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
terkait. Tuntutan kemampuan tersebut merupakan alasan rasional mengapa
penelaahan terhadap jurnal-jurnal hasil penelitian terdahulu yang terkait perlu
dilakukan sejak awal.
b.
Rumusan
masalah
Rumusan
masalah adalah fokus dari penajaman latarbelakang, yang mengarahkan peneliti
pada kajian-kajian yang akan diteliti. Rumusan masalah dapat dinyatakan dalam
bentuk pernyataan terbuka, yang terambil karena kejelasan latarbelakang
masalah, variabel yang diteliti, dan kaitan diantara variabel itu sendiri.
Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel yang diteliti perlu
melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti yang kemudian
akan dijabarkan kedalam instrumen penelitian.
c.
Pertanyaan
penelitian
Pertanyaan
penelitian adalah penyimpitan fokus telaahan dari rumusan masalah, yang sering
diungkapkan dalam bentuk kalimat bertanya. Rumusan pertanyaan ini akan memandu
keseluruhan proses penelitian, terutama untuk perkiraan dan langkah-langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
d.
Tujuan
penelitian
Rumusan tujuan
penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai
dilakukan. Karena itu, rumusan tujuan harus konsisten dengan rumusan masalah
dan harus mencerminkan proses penelitiannya. Rumusan tujuan penelitian bukan
merupakan rumusan maksud penulisan karya tulis ilmiah. Tujuan penelitian bisa
terdiri dari atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menggambarkan rumusan
yang ingin dicapai secara umum. Sedangkan tujuan khusus menggambarkan rumusan
tujuan spesifik yang ingin dicapai.
e.
Asumsi
Suatu
penelitian mungkin mempunyai asumsi atau mungkin juga tanpa asumsi. Asumsi
dapat berupa teori, bukti-bukti kuat yang oleh peneliti sendiri merupakan
sesuatu yang dianggap benar dan tidaknya perlu dipersoalkan atau dibuktikan
lagi kebenarannya. Asumsi dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif dan bukan
kalimat tanya, kalimat suruhan, kalimat saran, atau kalimat harapan.
f.
Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau submasalah yang diajukan oleh
peneliti. Hipotesis dijabarkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka.
Melalui penelitian ilmiah hipotesis diuji kebenarnya, dan diperoleh hasil
apakah hipotesis ditolak atau diterima. Dalam pelitian yang bersifat analistis,
hipotesis perlu dirumuskan, sedangkan dalam penelitian yang bersifat deskriptif
yang bermaksud mendeskriptifkan masalah yang diteliti, hipotesis tidak
diperlukan. Hipotesis penelitian dirumuskan dalam kalimat afirmatif, dan bukan
dirumuskan dalam kalimat tanya, kalimat suruhan, kalimat saran, atau kalimat
harapan.
g.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang disajikan dalam Bab Pendahuluan bersifat garis besar, dan
pembahasan yang lebih rinci dan lengkap disajikan pada Bab III. Bagian ini
menjelaskan secara singkat jenis-jenis penelitian: historis, deskriptif,
eksperimental, atau inferensial; instrument dan teknik pengumpulan datanya
(misal: penyebaran angket, wawancara, observasi atau studio dokumentasi).
h.
Lokasi
dan Sampel Penelitian
Untuk
memperoleh informasi sejauh mana generalisasi keberlakuan kesimpulan sebuah
penelitian, dalam suatu penelitian harus dicantumkan lokasi dan subyek
populasi/sampel penelitian, dilengkapi dengan alasan rasionalnya. Penjelasan
mengenai alasan di atas menjadi kuat apabila dikaitkan dengan rumusan dan latar
belakang masalah, tujuan penelitian, dan teknik analisis data
b. Bab
II : Pembahasan
Pada bagian
ini memuat dua hal utama, yaitu: pengolahan dan analisis data untuk
menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dapat
dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kuantitatif atau penelitian
kualitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan pada Bab sebelumnya.
Uji hipotesis dilakukan sebagai bagian dari analisis data.
Bagian
pembahasan atau analisis temuan mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan dengan
dasar teoritik yang telah disampaikan pada Bab sebelumnya. Dalam penelitian
kualitatif hasil pengujian hipotesis akan memperlihatkan konsekuensi temuan
terhadap landasan teori yang dirujuk. Demikian pula dalam penelitian kualitatif
hasil pembahasan temuan merupakan bahasan yang terkait dengan teori yang
digunakan pada Bab sebelumnya.
c. Bab
III : Kesimpulan
Pada Bab III
disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan
penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian. Ada dua
alternatif cara penulisan kesimpulan, yaitu:
1.
Dengan
cara butir demi butir, atau
2.
dengan
cara uraian padat.
Untuk karya
tulis ilmiah seperti skripsi makna penulisan kesimpulan dengan cara uraian pada
lebih baik daripada dengan cara butir demi butir.
Implikasi atau rekomendasi
yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditunjukkan kepada para pembuat
kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan kepada
peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.
Bagian
Pelengkap
Daftar pustaka.
Daftar pustaka memuat sumber tertulis (buku, artikel, jurnal, dokumen resmi,
atau sumber-sumber lain dari internet) atau tercetak (misalnya CD, video, film,
atau kaset) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya ilmiah itu.
Semua sumber tertulis dan tercetak yang tercantum dalam uraian harus
dicantumkan dalam daftar pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang pernah dibaca
oleh peneliti tetapi tidak pernah digunakan dalam penulisan karya ilmiah
tersebut atau tidak dikutip, tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka. Cara
menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis tanpa nomor urut.
Lampiran-lampiran.
Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan
hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan pembaca,
setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya, dan
diberi judul. Nomor urut lampiran dinyatakan dengan dua angka dengan tanda
penghubung di antaranya. Angka pertama menyatakan nomor Bab dan angka kedua
menyatakan nomor urut lampiran. Contoh: Lampiran 1.2 artinya lampiran 2 dari
Bab 1.
Riwayat Hidup.
Riwayat hidup disusun dalam bentuk uraian padat, dan hanya menyampaikan hal-hal
yang relevan dengan kegiatan ilmiah, dan tidak semua informasi tentang yang
bersangkutan. Riwayat hidup memuat informasi: nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan dan jabatan (untuk yang memiliki
jabatan) prestasi-prestasi yang pernah dicapai, dan karya ilmiah yang pernah
dipublikasikan. Riwayat hidup dapat disusun secara butir perbutir atau dalam
bentuk uraian padat.
2) Jurnal
Jurnal sebagai
terbitan berkala (berkala yang lain adalah : surat kabar harian dan mingguan,
jurnal perdagangan, jurnal internal, jurnal review, jurnal popular dan majalah
serta jurnal indeks dan abstrak), terutama berfungsi sebagai sumber informasi
baru (Mayes, 1978:7). Jurnal adalah penting sekurang-kurangnya sekelompok
orang, berkaitan dengan pekerjaan atau profesi mereka. Isi jurnal ada yang
diperlukanhanya untuk kurun waktu yang singkat, tetapi ada juga yang bermanfaat
untuk beberapa tahun, dan bahkan untuk waktu yang sangat lama.
Tujuan
penerbitan jurnal ilmiah (scientific journal) pada awalnya adalah untuk
memungkinkan para filsuf dan ilmuwan untuk mengkomunikasikan ide dan pemikiran
mereka kepada orang lain yang tertarik dalam subjek yang sama atau berdekatan
(Mayes, 1978:8-9). Alasan yang sama juga berlaku saat ini, komunikasi melalui
jurnal lebih cepat dan bahkan lebih cepat lagi dengan versi elektronik,
dibandingkan dengan publikasi buku. Publikasi buku dapat dilakukan setelah
publikasi jurnal, atau publikasi jurnal adalah satu-satunya rekaman yang
tersedia. Jurnal seperti ini biasanya diterbitkan oleh masyarakat / asosiasi
profesi atau ilmiah, universitas atau institusi belajar lainnya, atau penerbit
komersial.
Sejauh ini
tidak ada aturan baku tentang bagaimana seharusnya desain jurnal ilmiah dan
penyajian artikel didalamnya, baik yang menyangkut pola dan sistematika,
susunan, maupun berbagai petunjuk teknis redaksional lainnya. setiap penerbit
jurnal umunya memiliki kebijakkan tersendiri mengenai hal tersebut. Walau
demikian jika kita amati berbagai publikasi jurnal yang ada terutama terbitan
luar negeri, terdapat suatu kelaziman tentang hal tersebut.
Desain
Jurnal
Desain adalah
suatu rencana yang didasarkan pada suatu konsep yang dibuatsebelum menerbitkan
suatu jurnal. Sedangkan ukuran, bentuk dan penampilan atau struktur pengaturan
elemen-elemen jurnal disebut format.
Dan cara elemen-elemen diatur pada halaman tertentu disebut tata letak
(lay-out).
Dalam semua
komunikasi cetak, desain yang baik dapat membantu dan menyinari isinya.
Kombinasi yang baik dan isi yang miskin bisa gagal, tetapi ada yang tampil
miskin dengan isi yang bagus kadang-kadang mampu bertahan dan berhasil baik.
Bagaimanapun kita haru sbertujuan menghasilkan desain dan isi yang baik. Konsep
kebersamaan isi yang baik dan desain yang baik terutam ditujukan pada editor dan art director. Penyunting harus berusaha untuk memelihara desain
dalam batasan dan fungsinya tetapi mendorong direktur seni untuk memberikan
nasehat kreatif yang menghasilkan sesuatu yang berkaitan dengan kejelasan dan
keunikan (Conover, 1985:197). Keduanya harus berusaha keras menghasilkan suatu
publikasi yang menarik dan mampu mempertahankan pembacanya.
Format
dan isi
Artikel jurnal
atau karya tulis ilmiah bergaya jurnal, biasanya terdiri dari bagian-bagian
seperti berikut :
1)
Judul,
Pengarang dan Afiliasi Institusi
Fungsi
:
Artikel
biasanya dimulai dengan judul singkat yang menggambarkan isi karya tersebut.
Sebaiknya menggunakan kata-kata deskriptif yang benar-benar berhubungan dengan
isi karya. Kebanyakan pembaca akan menemukan karya tersebut melalui databaseelektronik dengan menelusuri
kata kunci yang ditemui pada judul.
Format:
·
Judul
sebaiknya diketengahkan pada bagian atas halaman pertama, tidak digaris-bawah
atau cetak miring.
·
Nama
pengarang (pengarang utama pertama) dan afiliasi institusi dicantumkan dua
spasi setelah judul dan diketengahkan. Jika pengarang lebih dari dua, nama
dipisahkan dengan tanda koma kecuali untuk nama terakhir dipisah dengan
menggunakan kata “dan”.
2)
Abstrak
Fungsi
:
Abstrak adalah
ringkasan aspek-aspek utamadari keseluruhan karya tulis, biasanya dalam satu
paragraph, dengan urutan sebagai berikut :
·
Masalah yang diselidiki (atau tujuan), (diambil dari
Pengantar)
Sebutkan tujuan dengan jelas pada
kalimat pertama dan kedua.
·
Rancangan percobaan dan metode yang
digunakan, (dari
Metode)
Ungkapkan dengan jelas rancangan dasar
studi : sebutkan atau uraikan dengan ringkas metodologi dasar dan teknik yang
digunakan.
·
Temuan utama termasuk hasil
kuantitatif, atau kecenderungan, (dari
Hasil)
Laporkan semua hasil dengan menjawab
masalah yang telah dikemukakan; identifikasi kecenderungan, perubahan relative
atau perbedaan-perbedaan, dsb.
·
Ringkasan Interpretasi dan kesimpulan,
(dari Diskusi)
Sebutkan dengan jelas implikasi dari
hasil yang telah diperoleh.
Jika judul dapat memberikan pernyataan
sangat sederhana tentang isi suatu artikel, maka abstrak memberikan uraian
lebih terperinci untuk masing-masing aspek utama dari karya tersebut. Setiap
aspek terdiri dari dua atau tiga kalimat. Abstrak membantu para membaca untuk
memutuskan apakah mereka ingin membaca seluruh karya tersebut. Abstrak
merupakan satu-satunya bagian dari suatu karya yang diperoleh melalui
penelusuran literature elektronik atau abstrak yang dipublikasikan.
3)
Pengantar
Fungsi
:
·
Memperlihatkan
konteks dari karya yang dilaporkan. Pengantar diisi dengan mendiskusikan
literature utama peneliti (dengan kutipan) dan meringkas pemahaman kita terkini
tentang masalah yang diselidiki.
·
Menyatakan
tujuan dari karya dalam bentuk hipotesis, pertanyaan, atau masalah yang
diselidiki, dan
·
Menjelaskan
dengan ringkas dasar pemikiran atau alasan dan pendekatan, dan jika
memungkinkan, hasil yang mungkin diperoleh dari hasil tersebut.
Suatu
Pengantar harus dapat menjawab pertanyaan : apa
yang telah saya pelajari? Mengapa hal tersebut menjadi masalah yang penting?
Apa yang kita ketahui tentang hal tersebut sebelum saya melakukan studi ini?
Bagaimana studi ini bisa memajukan pengetahuan?
4) Metode
Fungsi
:
Dalam hal ini
kita menguraikan dengan jelas bagaimana kita melaksanakan studi tersebut.
Dengan struktur dan organisasi seperti berikut:
·
Subjek yang digunakan (manusia, tumbuhan, hewan, dsb) dan
penangannya, kapan dan dimana studi tersebut dilakukan (jika lokasi dan waktu
menjadi faktor penting).
·
Jika
studi lapangan, suatu uraian tentang
tempat studi, termasuk fitur fisik dan biologis dari lokasi yang
sesungguhnya.
·
Percobaan atau rancangan sampel (antara lain bagaimana percobaan atau
studi distrukturisasi, contoh, control, perlakuan, variable yang diukur, berapa
banyak sampel yang dikumpulkan, replikasi, dsb).
·
Protokol untuk pengumpulan data, antara lain bagaimana prosedur
penyelidikan telah dilakukan, dan
·
Bagaimana data tersebut dianalisis (prosedur statistic yang digunakan)
Penyajian sebaiknya diorganisasikan
sehingga pembaca memahami alur logis dari penyelidikan tersebut, untuk itu
diperlukan sub-heading, secara umum
diberikan rincian kuantitatif (berapa banyak, berapa lama, kapan, dsb). Tentang
prosedur penyelidikan tersebut sehingga ilmuwan lain bisa memproduksinya. Kita
juga harus menjelaskan prosedur statistic yang digunakan untuk menganalisis
hasil, termasuk tingkat probabilitasnya.
5)
Hasil
Fungsi
:
Fungsi dari
bagian hasil adalah menyajikan hasil utama yang objektif, tanpa interpretasi
dalam suatu susunan logisdan teratur menggunakan bahan ilustratif (table dan
gambar) dan teks. Ringkasan analisis statistic dapat dimuat dalam bentuk teks
(biasanya dalam tanda kurung) table atau gambar yang relevan (dalam bentuk
legenda atau catatan kaki terhadap tabel atau gambar).
Hasil
seharusnya diorganisasikan dalam suatu seri tabel atau gambar secara berurutan
untuk menyajikan temuan utama dalam susunan logis. Uraian tentang hasil
mengikuti urututan tersebut dan jawaban terhadap pertanyaan / hipotesis yang
diselidiki atau disorot (highlight). Hasil negatif yang penting juga harus
dilaporkan. Penulis biasanya menulis bagian uraian hasil didasarkan susunan
tabel dan gambar.
6)
Diskusi
Fungsi
:
Untuk
menginterpretasikan hasil yaitu apa yang telah diketahui tentang subjek
penyelidikan tersebut, dan menjelaskan pemahaman baru terhadap masalah yang
dikemukakan dengan memperhatikan hasil yang diperoleh. Diskusi akan selalu
dihubungkan dengan Pengantar dengan pertanyaan atau hipotesis yang diterapkan
dan literature yang dikutip, tetapi bukan berarti mengulang atau menata kembali
Pengantar tersebut. Tetapi sebaliknya Diskusi menjelaskan bahwa studi yang
dilakukan telah menggerakkan kita ke depan ke posisi semula seperti para uraian
Pengantar.
7)
Penghargaan
(Acknowledgment)
Fungsi
:
Jika didalam
penyelidikan tersebut kita memperoleh suatu bantuan penting dalam hal
pemikiran, perancangan, pelaksanaan pekerjaan, atau memperoleh bahan-bahan dari
seseorang dengan kemurahan hati memberikannya, kita harus menghargai bantuan
mereka dan layanan serta bahan-bahan yang disediakan. Penulis selalu menghargai
reviewer naskah mereka dan setiap sumber pendanaan yang emndukung penelitian
tersebut. Walaupun hal ini bersifat opsional, tetapi penghargaan ini penting
apabila kita ingin memperoleh dukungan mereka berikutnya dimasa yang akan
datang.
8)
Rujukan
(References)
Fungsi
:
Bagian rujukan
atau literature yang dikutip menyajikan daftar rujukan yang benar-benar dikutif
dalam karya tulis, disusun secara alfabetis.
Di dalam
tulisan (terutama Pengantar dan Diskusi), setiap merujuk pada suatu sumber
informasi, kita harus membuat kutipn dari mana informasi itu di peroleh. Cara
paling sederhana itu dengan menggunakan tanda kurung dan mencantumkan nama
akhir pengarang dan tahun publikasi didalamnya. Beberapa jurnal seperti
science, menggunaka nomor sebagai rujukan. Setiap jurnal harus menetapkan suatu
model yang harus diikiuti oleh setiap penulis.
Perbedaan
Karya Ilmiah dan Jurnal
a)
Karya
Ilmiah
Karya Ilmiah
memiliki aturan baku yang universal secara sistematik dalam penyusunan atau
pembuatannya. Pada umumnya format sebuah karya tulis ilmiah terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu: bagian pengantar, isi karya tulis ilmiah, dan bagian
pelengkap karya tulis ilmiah. Selain itu Isi (batang tubuh) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah.
b)
Jurnal
Sedangkan jurnal sejauh
ini tidak ada aturan baku tentang bagaimana seharusnya desain jurnal ilmiah dan
penyajian artikel didalamnya, baik yang menyangkut pola dan sistematika,
susunan, maupun berbagai petunjuk teknis redaksional lainnya. setiap penerbit
jurnal umunya memiliki kebijakkan tersendiri mengenai hal tersebut. Walau
demikian jika kita amati berbagai publikasi jurnal yang ada terutama terbitan
luar negeri, terdapat suatu kelaziman tentang hal tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Penalaran merupakan proses berpikir untuk mendapatkan
pengetahuan. Supaya pengetahuan yang didapat benar maka penarikan kesimpulan
harus dilakukan dengan benar atau mengikuti pola tertentu. Cara penarikan
kesimpulan disebut logika.Penalaran ilmiah dipakai untuk meningkatkan mutu ilmu
dan teknologi. Penalaran ilmiah menggunakan gabungan dari penalaran induktif
dan deduktif.
Produk Penalaran Ilmiah terdiri dari karya ilmiah dan
jurnal, dimana kedua produk ini berkateristik ilmiah yang hanya dibedakan oleh
aturan dalam penyusunannya dan wujud produknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø
Poespoprodjo,
W. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung
: Remadja Karya
Ø
Surajiyo.
2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta :
Bumi Aksara
Ø
Suriasumantri,
Jujun. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta : PT Pancaraintan
Indahgraha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar