PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kurikulum Progresif
Imam Barnadib
menyatakan bahwa kurikulum progresif adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat
direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada pengalaman”.
Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah
(child-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode
pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek
didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar.
Sains
sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam
pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan
proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya
belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan
keinginan terbarunya. Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik)
mengembangkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun
‘gudang’ kognitif informasi yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial.
B.
Konsep Dasar Kurikulum Progresif dalam
Pembelajaran
Kurikulum
Progresif adalah Sebuah Kurikulum yang didasarkan pada kepentingan siswa. Guru
memiliki tema dan tujuan, tetapi mereka tidak hanya mendesain suatu program
studi bagi siswa mereka, tetapi mereka juga mendesain untuk mereka, dan mereka
harus siap untuk menyambut jalan memutar yang tak terduga. Sesi pembelajaran
harus diorganisir sekitar masalah dan pertanyaan yang memungkinkan siswa untuk
mengeksplorasi masalah yang sulit dalam teori dan praktek, dan yang melibatkan
para siswa dalam pembelajaran aktif, penyelidikan, dan pemecahan masalah.
Pendidikan Progresif berfokus pada pembelajaran berbasis berpengalaman.
Artinya, banyak dari apa yang anak-anak belajar melalui pengalaman tercapai
berbasis kegiatan yang berhubungan dengan sebuah studi yang sesuai dengan
tahapan perkembangan mereka. Pada akhir unit tertentu studi, anak-anak
menyajikan sebuah titik kulminasi yang menggambarkan informasi yang mereka
pelajari dalam unit. Guru harus menyusun teknik penilaian yang mencakup
unsur-unsur di luar pekerjaan rumah dan pengujian (yaitu portafolios,
presentasi kelompok, dll). Karena kurikulum
didasarkan pada kelompok tertentu siswa, kurikulum seorang guru kelas empat
tidak akan sama dengan yang dari pintu guru berikutnya, tidak akan dia /
kurikulum nya akan sama tahun ini karena itu untuk anak-anak dia / dia mengajar
tahun lalu. Progresif pendidik menyadari bahwa siswa harus membantu untuk
merumuskan tidak hanya program studi, tetapi juga hasil atau standar yang menginformasikan
mereka pelajaran.
Kurikulum tradisional yang ingin mengawetkan yang lama tidak dengan sendirinya
buruk dan merugikan, oleh sebab apa yang diawetkan, selalu yang baik,
apakah itu nilai-nilai, barang seni, benda, dan sebagainya. Namun dalam masa
perubahan yang serba dinamis ini, menutup mata bagi perubahan akan merugikan
diri sendiri. Sebaliknya kurikulum modern
- progresif juga tidak dengan sendirinya baik dan luput dari berbagai
kekurangan.
Menjalankan kurikulum progresif akan banyak mendapat tentangan, antara lain
dari pihak guru yang terkenal karena sikap
konservatifnya, juga orangtua yang telah mengecap pendidikan tradisional
dan merasakan manfaatnya. Kesulitan yang
dihadapi kurikulum progresif ialah, bahwa orang mengharapkan hasil-hasil tradisional
dari sekolah yang progresif. Sekolah progresif misalnya mementingkan kemampuan
memecahkan masalah dan menggunakan pengetahuan secara fungsional untuk
memecahkan masalah itu. Tidak diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang uniform. Namun orang tua masih mengharapkan agar
murid-murid hafal akan nama-nama geografis, tahun-tahun dan tokoh-tokoh
sejarah,terampil dalam hitungan di luar
kepala, dan lain-lain.
Sekolah progresif harus dinilai berdasarkan prinsip-prinsip sekolah itu. Kita inginkan agar anak-anak kreatif,
sanggup berpikir sendiri, walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, kita ingin
agar anak sanggup mengadakan penelitian dan penemuan, namun kita mengadakan
ujian nasional yang uniform yang tidak menghiraukan perbedaan individual, dan
terutama menonjolkan hafalan, tidak mengizinkan perbedaan pendapat,
menentukan lebih dahulu mana yang benar yang dicoba anak mencari atau menerkanya bila menghadapi ujian bercorak
objektif. Menjalankan
kurikulum tradisional atau progresif akan banyak mendapat tantangan, antara
lain dari pihak guru yang dikenal karena sikap
konservatifnya, juga orang tua yang mengecap pendidikan tradisional dan
merasakan manfaatnya.
Di bawah ini kami cantumkan beberapa perbedaan antara pendirian tradisional
dan progresif.
a. Penganut kurikulum tradisional
·
berpegang pada kurikulum yang didasarkan atas subjek
atau mata pelajaran, yang biasanya diberikan secara terpisah-pisah. Bahan mata
pelajaran diambil dari berbagai disiplin ilmu yang dibina dan senantiasa
dikembangkan para ilmuwan dan karena itu mendapat penghargaan tinggi dari
masyarakat.
·
Kurikulum tradisional ini telah bertahan selama
beberapa abad dan diduga akan bertahan terus sepanjang masa.
Dianggap bahwa ilmu mempunyai nilai tersendiri dan karena itu dapat
dipelajari demi ilmu itu sendiri.
·
Selain itu mempelajari ilmu akan mengembangkan
kemampuan intelektual anak.
·
diperlukannya pengarahan, pengawasan, control dan
disiplin yang ketat, agar siswa mempelajari bahan yang sama dan mencapai tingkat
penguasaan yang sama.
·
Apa yang dipelajari dalam kurikulum tradisional
dianggap akan berguna kelak di kemudian hari anak, karena banyak pelajaran yang
sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kehidupan anak dalam masyarakat.
Kurikulum tradisional menerima kenyataan dalam masyarakat sebagaimana adanya.
·
Kurikulum tradisional menyamaratakan semua siswa baik mengenai bahan,metode belajar-mengajar,
maupun evaluasi.
b. Penganut kurikulum progresif atau modern
·
tidak menolak ilmu, akan tetapi tidak dipelajari demi
ilmu sendiri, akan tetapi untuk digunakan dalam memecahkan suatu masalah.
Sambil memecahkan masalah siswa mengumpulkan ilmu yang diperlukan. Mengumpulkan
ilmu demi ilmu yang tidak fungsional hanya membebani otak dengan hal-hal yang
mubazir.
·
Tujuan pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek
intelektual saja melainkan keseluruhan pribadi anak dalam segala aspek.
·
kurikulum yang progresif lebih banyak memberi
kebebasan kepada siswa untuk menentukan apa yang akan dipelajarinya, sesuai
dengan minat dan kesanggupannya dalam suasana yang mengizinkan kebebasan.
·
Di lain pihak, kurikulum progresif memilih
masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan anak dan masyarakat.
·
Kurikulum progresif memperhatikan bahkan membantu perkembangan
keunikan individu
·
kurikulum progresif berusaha untuk mengubah lingkungan untuk membentuk dunia yang lebih baik.
Kalau diteliti lebih lanjut dapat lagi kita temui perbedaan lain antara
kedua pendekatan dalam pengembangan kurikulum. Dapat kita katakan, bahwa kurikulum progresif merupakan reaksi dalam
berbagai bentuk terhadap kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kurikulum
tradisional.
Namun betapapun kritik terhadap kurikulum tradisional, kurikulum ini
tetap bertahan. Juga kurikulum progresif tidak bebas dari kritik yang tajam
dari berbagai pihak. Yang paling berpengaruh
ialah kritik bahwa kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan
intelektual anak, sehingga setelah peluncuran
Sputnik, aliran progresif mengalami pukulan
hebat, dengan ditonjolkannya kembali kurikulum yang berdasarkan disiplin ilmu,
akan tetapi akibatnya ialah, bahwa faktor anak kembali dianaktirikan.
C.
Contoh Konkrit Pelaksanaan Kurikulum Progresif
Sebagai contoh,
kita lihat pada Kurikulum Sekolah Menengah The
Crefeld (Philadelphia, PA) :
Sebuah kelas
tingkat tim inti dari tiga guru Sekolah Menengah mengawasi. Tim ini berkonsultasi mingguan,
atau lebih sering, pada seluruh spektrum keprihatinan Sekolah Tengah dan
kekuatan tertentu dan kelemahan masing-masing siswa. Para guru membuat tema bolak tahunan dan unit
interdisipliner untuk bahasa Inggris sejarah mereka, dan kurikulum ilmu
pengetahuan.
Para siswa kelas 7 dan 8 digabungkan menjadi tiga bagian untuk
instruksi dalam disiplin ilmu yang paling. Matematika, pendidikan jasmani, dan seni
dikelompokkan berbeda. Setiap siswa
dijadwalkan menjadi empat periode belajar diperpanjang per minggu. Selama X-Blok, yang menempati kelas satu
periode di tengah-tengah setiap minggu, siswa sekolah menengah dan guru-guru
mereka berkumpul di satu ruang kelas untuk Rapat Mingguan mereka, di mana
mereka mengatasi berbagai topik yang mungkin muncul selama seminggu yang lalu,
dalam Sekolah Menengah , serta mencakup beberapa keterampilan hidup yang sangat
penting, yang tidak selalu cocok ke dalam kurikulum kursus reguler.
Guru Sekolah menengah bekerja dengan tekun untuk memperkenalkan
setiap siswa dengan budaya sekolah. Setiap anak harus merasa disambut, emosional aman dan dihargai.
Guru membimbing siswa dalam menciptakan
portofolio dari pekerjaan mereka. Siswa juga memiliki kesempatan untuk terhubung dengan rekan-rekan
mereka dan guru melalui nasihat, pelayanan masyarakat, periode aktivitas.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
kurikulum
progresif adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga yang
cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada pengalaman”.
Tradisional:
- Berpusat pada guru.
- level Pendidikan untuk tingkat sekolah berikutnya .
- Tinggi rasio murid-guru.
- Eksternal disiplin .
- Terisolasi kurikulum .
- Berorientasi produk .
- Belajar dengan bor .
- Konsep yang disajikan sebagai fakta untuk menghafal .
- Dasar pembelajaran .
- Penilaian kuantitatif .
·
Pengajaranuntukmenguji.
Progresif:
Progresif:
- Berpusat pada Murid .
- Pendidikan untuk saat ini .
- Rendah rasio murid-guru .
- Positif disiplin .
- Kurikulum Terpadu .
- Berorientasi proses .
- Memanfaatkan beragam cara banyak belajar .
- Konsep yang disajikan untuk penyelidikan oleh Murid .
- Dalam pembelajaran mendalam .
·
Otentik(kehidupannyatatidaktes)penilaian.
Dalam hal pendidikan
rumah, dapat dikatakan bahwa tradisional
= kurikulum klasik dan progresif
belajar = otonom.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar