Sudah berapa yakk..

Minggu, 25 November 2012

kurikulum progresif


PEMBAHASAN

A.   Pengertian Kurikulum Progresif
Imam Barnadib menyatakan bahwa kurikulum progresif adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada pengalaman”. Kalangan progresif menempatkan subjek didik pada titik sumbu sekolah (child-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan, dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dalam pemecahan masalah serta dalam kegiatan proyek. Disini guru menggunakan ketertarikan alamiah anak untuk membantunya belajar berbagai keterampilan yang akan mendukung anak menemukan kebutuhan dan keinginan terbarunya. Akhirnya, ini akan membantu anak (subjek didik) mengembangkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan membangun ‘gudang’ kognitif informasi yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial.
                    
B.   Konsep Dasar Kurikulum Progresif dalam Pembelajaran
Kurikulum Progresif adalah Sebuah Kurikulum yang didasarkan pada kepentingan siswa. Guru memiliki tema dan tujuan, tetapi mereka tidak hanya mendesain suatu program studi bagi siswa mereka, tetapi mereka juga mendesain untuk mereka, dan mereka harus siap untuk menyambut jalan memutar yang tak terduga. Sesi pembelajaran harus diorganisir sekitar masalah dan pertanyaan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi masalah yang sulit dalam teori dan praktek, dan yang melibatkan para siswa dalam pembelajaran aktif, penyelidikan, dan pemecahan masalah.
Pendidikan Progresif berfokus pada pembelajaran berbasis berpengalaman. Artinya, banyak dari apa yang anak-anak belajar melalui pengalaman tercapai berbasis kegiatan yang berhubungan dengan sebuah studi yang sesuai dengan tahapan perkembangan mereka. Pada akhir unit tertentu studi, anak-anak menyajikan sebuah titik kulminasi yang menggambarkan informasi yang mereka pelajari dalam unit. Guru harus menyusun teknik penilaian yang mencakup unsur-unsur di luar pekerjaan rumah dan pengujian (yaitu portafolios, presentasi kelompok, dll). Karena kurikulum didasarkan pada kelompok tertentu siswa, kurikulum seorang guru kelas empat tidak akan sama dengan yang dari pintu guru berikutnya, tidak akan dia / kurikulum nya akan sama tahun ini karena itu untuk anak-anak dia / dia mengajar tahun lalu. Progresif pendidik menyadari bahwa siswa harus membantu untuk merumuskan tidak hanya program studi, tetapi juga hasil atau standar yang menginformasikan mereka pelajaran.
Kurikulum tradisional yang ingin mengawetkan yang lama tidak dengan sendirinya buruk dan merugikan, oleh sebab apa yang diawetkan, selalu yang baik, apakah itu nilai-nilai, barang seni, benda, dan sebagainya. Namun dalam masa perubahan yang serba dinamis ini, menutup mata bagi perubahan akan merugikan diri sendiri. Sebaliknya kurikulum modern - progresif juga tidak dengan sendirinya baik dan luput dari berbagai kekurangan.
Menjalankan kurikulum progresif akan banyak mendapat tentangan, antara lain dari pihak guru yang terkenal karena sikap konservatifnya, juga orangtua yang telah mengecap pendidikan tradisional dan merasakan manfaatnya. Kesulitan yang dihadapi kurikulum progresif ialah, bahwa orang mengharapkan hasil-hasil tradisional dari sekolah yang progresif. Sekolah progresif misalnya mementingkan kemampuan memecahkan masalah dan menggunakan pengetahuan secara fungsional untuk memecahkan masalah itu. Tidak diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang uniform. Namun orang tua masih mengharapkan agar murid-murid hafal akan nama-nama geografis, tahun-tahun dan tokoh-tokoh sejarah,terampil dalam hitungan di luar kepala, dan lain-lain.
Sekolah progresif harus dinilai berdasarkan prinsip-prinsip sekolah itu. Kita inginkan agar anak-anak kreatif, sanggup berpikir sendiri, walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, kita ingin agar anak sanggup mengadakan penelitian dan penemuan, namun kita mengadakan ujian nasional yang uniform yang tidak menghiraukan perbedaan individual, dan terutama menonjolkan hafalan, tidak mengizinkan perbedaan pendapat, menentukan lebih dahulu mana yang benar yang dicoba anak mencari atau menerkanya bila menghadapi ujian bercorak objektif. Menjalankan kurikulum tradisional atau progresif akan banyak mendapat tantangan, antara lain dari pihak guru yang dikenal karena sikap konservatifnya, juga orang tua yang mengecap pendidikan tradisional dan merasakan manfaatnya.
Di bawah ini kami cantumkan beberapa perbedaan antara pendirian tradisional dan progresif.
a.     Penganut kurikulum tradisional
·         berpegang pada kurikulum yang didasarkan atas subjek atau mata pelajaran, yang biasanya diberikan secara terpisah-pisah. Bahan mata pelajaran diambil dari berbagai disiplin ilmu yang dibina dan senantiasa dikembangkan para ilmuwan dan karena itu mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat.
·         Kurikulum tradisional ini telah bertahan selama beberapa abad dan diduga akan bertahan terus sepanjang masa. Dianggap bahwa ilmu mempunyai nilai tersendiri dan karena itu dapat dipelajari demi ilmu itu sendiri.
·         Selain itu mempelajari ilmu akan mengembangkan kemampuan intelektual anak.
·         diperlukannya pengarahan, pengawasan, control dan disiplin yang ketat, agar siswa mempelajari bahan yang sama dan mencapai tingkat penguasaan yang sama.
·         Apa yang dipelajari dalam kurikulum tradisional dianggap akan berguna kelak di kemudian hari anak, karena banyak pelajaran yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kehidupan anak dalam masyarakat. Kurikulum tradisional menerima kenyataan dalam masyarakat sebagaimana adanya.
·         Kurikulum tradisional menyamaratakan semua siswa baik mengenai bahan,metode belajar-mengajar, maupun evaluasi.

b.     Penganut kurikulum progresif atau modern
·         tidak menolak ilmu, akan tetapi tidak dipelajari demi ilmu sendiri, akan tetapi untuk digunakan dalam memecahkan suatu masalah. Sambil memecahkan masalah siswa mengumpulkan ilmu yang diperlukan. Mengumpulkan ilmu demi ilmu yang tidak fungsional hanya membebani otak dengan hal-hal yang mubazir.
·         Tujuan pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek intelektual saja melainkan keseluruhan pribadi anak dalam segala aspek.
·         kurikulum yang progresif lebih banyak memberi kebebasan kepada siswa untuk menentukan apa yang akan dipelajarinya, sesuai dengan minat dan kesanggupannya dalam suasana yang mengizinkan kebebasan.
·         Di lain pihak, kurikulum progresif memilih masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan anak dan masyarakat.
·         Kurikulum progresif memperhatikan bahkan membantu perkembangan keunikan individu
·         kurikulum progresif berusaha untuk mengubah lingkungan untuk membentuk dunia yang lebih baik.

Kalau diteliti lebih lanjut dapat lagi kita temui perbedaan lain antara kedua pendekatan dalam pengembangan kurikulum. Dapat kita katakan, bahwa kurikulum progresif merupakan reaksi dalam berbagai bentuk terhadap kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kurikulum tradisional.

Namun betapapun kritik terhadap kurikulum tradisional, kurikulum ini tetap bertahan. Juga kurikulum progresif tidak bebas dari kritik yang tajam dari berbagai pihak. Yang paling berpengaruh ialah kritik bahwa kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan intelektual anak, sehingga setelah peluncuran Sputnik, aliran progresif mengalami pukulan hebat, dengan ditonjolkannya kembali kurikulum yang berdasarkan disiplin ilmu, akan tetapi akibatnya ialah, bahwa faktor anak kembali dianaktirikan.

C.    Contoh Konkrit Pelaksanaan Kurikulum Progresif
Sebagai contoh, kita lihat pada Kurikulum Sekolah Menengah The Crefeld (Philadelphia, PA) :
 Sebuah kelas tingkat tim inti dari tiga guru Sekolah Menengah mengawasi. Tim ini berkonsultasi mingguan, atau lebih sering, pada seluruh spektrum keprihatinan Sekolah Tengah dan kekuatan tertentu dan kelemahan masing-masing siswa. Para guru membuat tema bolak tahunan dan unit interdisipliner untuk bahasa Inggris sejarah mereka, dan kurikulum ilmu pengetahuan.
 Para siswa kelas 7 dan 8 digabungkan menjadi tiga bagian untuk instruksi dalam disiplin ilmu yang paling. Matematika, pendidikan jasmani, dan seni dikelompokkan berbeda. Setiap siswa dijadwalkan menjadi empat periode belajar diperpanjang per minggu. Selama X-Blok, yang menempati kelas satu periode di tengah-tengah setiap minggu, siswa sekolah menengah dan guru-guru mereka berkumpul di satu ruang kelas untuk Rapat Mingguan mereka, di mana mereka mengatasi berbagai topik yang mungkin muncul selama seminggu yang lalu, dalam Sekolah Menengah , serta mencakup beberapa keterampilan hidup yang sangat penting, yang tidak selalu cocok ke dalam kurikulum kursus reguler.
 Guru Sekolah menengah bekerja dengan tekun untuk memperkenalkan setiap siswa dengan budaya sekolah. Setiap anak harus merasa disambut, emosional aman dan dihargai. Guru membimbing siswa dalam menciptakan portofolio dari pekerjaan mereka. Siswa juga memiliki kesempatan untuk terhubung dengan rekan-rekan mereka dan guru melalui nasihat, pelayanan masyarakat, periode aktivitas.
                                                                                
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN          :
            kurikulum progresif adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang “berpusat pada pengalaman”.
Tradisional:
  • Berpusat pada guru.
  •  level Pendidikan untuk tingkat sekolah berikutnya .
  • Tinggi rasio murid-guru.
  • Eksternal disiplin .
  • Terisolasi kurikulum .
  • Berorientasi produk .
  • Belajar dengan bor .
  • Konsep yang disajikan sebagai fakta untuk menghafal .
  • Dasar pembelajaran .
  • Penilaian kuantitatif .
·         Pengajaranuntukmenguji.

Progresif:
  • Berpusat pada Murid .
  • Pendidikan untuk saat ini .
  • Rendah rasio murid-guru .
  • Positif disiplin .
  • Kurikulum Terpadu .
  • Berorientasi proses .
  • Memanfaatkan beragam cara banyak belajar .
  •  Konsep yang disajikan untuk penyelidikan oleh Murid .
  • Dalam pembelajaran mendalam .
·         Otentik(kehidupannyatatidaktes)penilaian.
Dalam hal pendidikan rumah, dapat dikatakan bahwa tradisional = kurikulum klasik dan progresif belajar = otonom.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar