KNOWLADGE SOSIETY (MASYARAKAT BERPENGETAHUAN)
A. PENDAHULUAN
Memasuki abad milenium saat ini yang
ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi telah memberikan dampak
global terhadap kehidupan umat manusia dimuka bumi ini. Dalam
perjalanan umat manusia pada dasarnya tidak terlepas dari peran
teknologi dalam rangka membantu manusia dalam menghadapi berbagai
tantangan zaman yang dinamis.
Menurut Muhammad Nuh, memberikan gambaran
bahwa jika dilihat dari pendekatan antropologis perjalanan umat manusia
terdiri atas beberapa era. Setiap era memiliki ikon teknologi, yaitu
suatu teknologi yang bersifat generik yang dibutuhkan oleh setiap sektor
kehidupan dan mampu menjadi penggerak dari sektor kehidupan itu.
Masyarakatnya pun memiliki sebutan tersendiri, mulai dari masyarakat
nomadik, pertanian, perdagangan, industri, dan masyarakat
berpengetahuan, yang dimulai akhir abad 20 awal abad 21.
Dalam perjalanannya telah dibuktikan,
bangsa yang maju ditandai dengan penguasaan terhadap ikon teknologi pada
zaman itu. Pada masyarakat berpengetahuan, Information Tecnology and Comunication (ICT) menjadi suatu keharusan. Dalam bidang teknologi, Global Information Technology Rank
2008 yang dilansir baru-baru ini oleh World Economic Forum, derajat
penguasaan teknologi informasi di Indonesia tergolong rendah. Indonesia
berada di peringkat ke-76. Peringkat tersebut masih kalah jika
dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnnya seperti
Singapura (5), Malaysia (26), Thailand (40), dan Vietnam (73). Rendahnya
tingkat penguasaan teknologi berdampak pada lemahnya daya saing ekonomi
Indonesia. Masih mengacu pada data World Economic Forum, daya
saing ekonomi Indonesia –yang dicirikan melalui indikator pertumbuhan,
institusi publik, dan teknologi– masih di bawah rata-rata. Indonesia
masih bercokol di peringkat ke-54, jauh di bawah negeri jiran, Malaysia
dan Thailand.
Dalam rangka membangun masyarakat yang berpengetahuan (Knowladge Sosiety)
keterbukaan akan akses informasi merupakan suatu hal yang mutlak
dilakukan oleh masyarakat. Menurut Susilo Bambang Yudhoyono dalam
melalui pidatonya dalam pertemuan Konfrensi Teknologi Informasi dan
Komunikasi Untuk Indonesia (ICT for Indonesia) mengatakan bahwa
masyarakat berpengetahuan merupakan implikasi dari masuknya era
informasi setelah sebelumnya melalui era pertanian dan industri.
Masyarakat informasi dan berbasis pengetahuan merupakan masyarakat yang
menyadari kegunaan dan manfaat informasi. Masyarakat demikian memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi
serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan
kualitas kehidupan.
Menurut Drucker (1994), knowledge society
adalah sebuah masyarakat dari berbagai organisasi dimana secara praktis
setiap tugas tunggal akan dilakukan dalam dan melalui sebuah
organisasi. Lebih lanjut Drucker menjelaskan Ciri-ciri masyarakat
berpengetahuan adalah:
- Mempunyai kemampuan akademik
- Berpikir kritis
- Berorientasi kepada pemecahan masalah
- Mempunyai kemampuan untuk belajar meninggalkan pemikiran yang lama-lama dan belajar lagi untuk hal-hal yang baru
- Mempunyai keterampilan pengembangan individu dan sosial (termasuk kepercayaan diri, motivasi, komitmen terhadap nilai-nilai moral dan etika, pengertian secara luas akan masyarakat dan dunia).
Jadi secara konseptual, masyarakat
berpengetahuan adalah suatu kelompok masyarakat dimana anggota
masyarakatnya ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dengan
menguasai keterampilan dasar yang diperlukan dan mempunyai akses
informasi. Dari pengertian tentang masyarakat berpengetahuan tersebut
dapat dipahami bahwa, ada beberapa hal penting yang mencirikan
masyarakat berpengetahuan yaitu, 1) keterbukaan masyarakat terhadap
akses informasi, 2) mengembangkan keterampilan dasar, dan 3) adanya
partisipasi masyarakat. Keterbukaan masyarakat terhadap akses informasi
memberikan modal awal bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
sebanyak-banyaknya. Dengan begitu, masyarakat tidak akan ketinggalan
informasi dari kemjuan global yang terus berkembang. Keterampilan dasar (Skill)
merupakan kompetensi pokok yang mesti terus ditingkatkan pada segenap
masyarakat, mulai dari sejak usia dini bahkan sampai dewasa sekalipun.
Dengan kemampuan dasar ini memungkinkan bagi masyarakat untuk dapat
mengembangkan diri dan berkompetisi dalam persaingan global. Adanya
partisipasi masyarakat akan memberikan penguatan pada suatu bangsa dalam
membangun masyarakat berpengetahuan. Keikutsertaan masyarakat inilah
yang nantinya akan memberikan dorongan internal individu untuk terus
memberikan kontribusi dalam membangun masyarakat berpengetahuan.
B. PEMBAHASAN
1. Isu-Isu Dalam Membangun Masyarakat Berpengetahuan
Salah satu indikator dari maju dan
berkembangnya suatu bangsa dapat dilihat dari sejauh mana pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa tersebut dapat memberikan kesejahteraan kepada
masyarakatnya. Negara yang kuat secara ekonomi, tentunya akan memberikan
dampak positif terhadap kualitas rakyatnya. Dan sebaliknya, jika
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa rendah akan memberikan dampak negatif
terhadap raknyatnya. Dalam hal ini, kemiskinan menjadi salah satu
implikasi dari rendahnya pertumbuhan suatu negara. Meningkatnya angka
kemiskinan suatu negara ternyata menimbulkan masalah baru, yaitu
rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) dikarenakan banyak dari
rakyatnya yang kekurangan gizi dan tidak dapat menikmati pendidikan yang
layak.
a) Pemberdayaan Masyarakat
Terkait dengan upaya dalam membangun SDM
masyarakat dalam rangka menghadapi era globalisasi ini setidaknya kita
sedikit lega karena adanya konsesus global dengan berkomitmen terhadap
pembangunan SDM tiap negara yang berkualitas. Dalam hal ini Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Tujuan Pembangunan Milenium (Meillenium Development Goals, MDGs) berikrar bahwa pada tahun 2015 akan :
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan
2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua
3. Mendorong kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan
4. Mengurangi tingkat kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lain
7. Menjamin kelestarian lingkungan
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Jika melihat salah satu rumusan dalam
MGDs tersebut setidaknya ada dua pilar yang menjadi perhatian utama
dalam membangun masyarakat berpengetahuan, yaitu 1) pertumbuhan ekonomi,
dan 2) akses pendidikan. Dan jika kedua pilar ini diwujudkan, maka
upaya pembangunan masyarakat (SDM) yang berkualitas pun akan tercapai.
Konsep belajar sepanjang hayat juga dapat terus dibangun untuk
memberikan stimulus untuk terus berkomitmen dalam meningkatkan kemampuan
diri. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga penting untuk terus
diupayakan untuk membantu masyarakat mengembangkan dirinya. Pengembangan
masyarakat dapat diartikan sebagai usaha yang memungkinkan orang dapat
meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya
terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya.
b) Pemanfaatan ICT
Selain itu juga untuk mewujudkan
masyarakat yang berpengetahuan, terlebih dalam konteks era digital saat
ini pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi punya peran penting.
Sekjen PBB Koffi Anan mengatakan bahwa, ICT sangat potensial untuk
membangun bangsa yang maju. Dengan menggunakan ICT, dapat meminimalkan
resiko dalam membangun bangsa. Dalam blog Padepokan Musa As Sy’arie
menjelaskan bahwa beberapa studi melihat pesatnya perkembangan ICT
berdampak posisitif bagi pertumbuhan ekonomi media, dan juga demokrasi,
termasuk di negara-negara berkembang. Akan tetapi ada juga studi yang
melihat fenomena pesatnya ICT lebih banyak merugikan, karena lebih
mempertegas kesenjangan sosial, dan bahkan memapankan struktur yang
sudah ada dan bersifat tidak adil.
Pesatnya kemajuan teknologi informasi
ternyata tidak hanya membawa dampak positif bagi masyarakat, tapi juga
dapat menjadi ancaman tersendiri suatu bangsa. Walaupun demikian, dampak
negatif yang akan mengancam suatu bangsa sebenarnya dapat diminimalisir
dengan memberikan kesadaran etika dalam memanfaatkan ICT kepada setiap
rakyatnya. Dengan memanfaatkan ICT setidaknya masyarakat dapat terus
memperbaharui informasi dan ilmu pengetahuan yang setiap saat bisa
berubah. Hadirnya ICT dengan dampaknya harusnya membuat kita dapat lebih
bijak dalam memanfaatkannya. Walaupun biaya yang dikeluarkan dalam
menggunakan ICT relatif tinggi, tapi dimungkinkan akan memberikan
kerugian yang tidak sebanding pula jika tidak menggunakan ICT.
2. Strategi Dalam Membangun Masyarakat Berpengetahuan
Untuk membangun masyarakat yang
berpengetahuan diperlukan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Dan yang jadi pertanyaannya adalah bagaimana
kita membangun masyarakat yang berpengetahuan secara efektif dan
efesien. Efektif dalam artian bahwa konsep masyarakat yang
berpengetahuan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri dan
juga bagi kemajuan suatu bangsa. Dan efesien dalam artian bahwa biaya
yang dikeluarkan sidikit tetapi mempunyai nilai manfaat yang besar. Oleh
karenanya diperlukan konsep dan strategi didalam mencapainya. Ada
beberapa strategi yang dapat ditenmpuh dalam rangka menciptakan
masyarakat yang berpengetahuan diantaranya; Kerangka kebijakan dan
aturan, akses, partisipasi masyarakat, dan keterampilan dasar.
a) Kerangka Kebijakan dan Aturan
Kerangka kebijakan dan aturan disini
memungkinkan adanya dukungan dari pemrintah mulai dari tingkat pusat
sampai pada tingkat daerah. Dalam hal ini pemerintah merumuskan beberapa
kebijakan dan atruran dalam menciptakan masyarakat berpengetahuan dapat
berupa peraturan presiden/keputusan presiden atau untuk ditingkat
daerah melalui peraturan daerah. Dukungan dan komitmen dari pemerintah
ini penting karena menyangkut khalayak ramai, dan pada dasarnya memang
menjadi tanggung jawab pemerintah dalam memberikan layanan informsi
kepada rakyatnya.
Seperti yang telah dilakukan oleh
Malaysia di tahun 1991 Mahathir Mohamad mengemukakan visinya agar
Malaysia menjadi satu negara maju dalam 29 tahun ke depan. Vision 2020,
begitu disebutnya, merupakan agenda nasional pembangunan jangka panjang
untuk memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Malaysia. Tantangan terbesar yang harus dihadapi Malaysia untuk dapat
menggapai mimpi kesuksesan di 2020 adalah perubahan masyarakat yang
secara dramatis dari masyarakat agraris ke masyarakat informasi.
Strategi baru yang dijalankan Malaysia adalah meletakkan landasan
menghadapi era digital itu dengan mengkreasikan Multimedia Super Corridor.
Visi MSC adalah mengkreasikan lingkungan multimedia yang ideal untuk
berbisnis yang dapat mentransformasikan dan mengantarkan negara jiran
tersebut menuju masyarakat berpengetahuan di tahun 2020.
Dalam hal komitmen dari pemerintah.
Seperti yang dicontohkan Australia. Pemerintah di sana, sejak sejak
Desember 1997, berkomitmen untuk mengembangkan layanan pemerintahan
secara elektronik. Targetnya, semua layanan pemerintahan yang penting
akan online pada Desember 2001. Berkat komitmen pemerintah yang kuat,
target tersebut tercapai. Sehingga, target dilanjutkan, yaitu
meningkatkan jenis layanan online dengan berfokus pada
transaksi yang interaktif antara pemerintah, publik dan sektor bisnis.
Di tahun 2002, apa yang dilakukan Australia, mendapat pengakuan. Menurut
laporan United Nations on E-Government, Australia dinilai
berhasil memimpin di wilayah Asia Pasifik dalam transisi menuju layanan
pemerintahan secara elektronik. Secara global, Australia mendapat posisi
di nomor dua, di bawah Amerika Serikat.
Melihat keberhasilan dari beberapa negara
maju dalam menggunakan ICT sebagai indikator pembangunan negara
harusnya menjadi contoh bagi negara-negara lainnya untuk berkomitmen
mendukung pemanfaatan ICT, terutama pada pemerintah. Selain itu,
menjalin kemitraan juga penting dilakukan oleh pemerintah. Misalnya,
membuat MoU dengan negara-negara berkembang seperti Amerika yang
penerapan ICT nya sudah mapan dan juga negara-negara lain.
b) Akses
Membangun masyarakat berpengetahuan tidak
cukup dengan hanya dengan merumuskan konsep-konsep, akan tetapi
bagaimana konsep-konsep tersebut dapat dengan mudah diakses oleh
masyarakat. Ciri dari masyarakat berpengetahuan adalah mudahnya
mengakses informasi dimanapun mereka berada. Hal ini tentunya terkait
dengan persoalan infrastruktur jaringan informasi yang nantinya akan
dibangun. Ada beberapa akses informasi yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat diantaranya;
• Perpustakaan (Umum / Universitas / Sekolah)
Dalam konteks pembangunan msyarakat
berpengetahuan, perpustakaan merupakan komponen penting dalam mencari
berbagai informasi dan ilmu pengetahuan. Menurut Janti G. Sujana salah
satu kunci membangun masyarakat berpengetahuan adalah dengan
perpustakaan. Salah satu bentuk kongkrit dari peran perpustakaan bisa
dibuat program perpustakaan keliling untuk melayani masyarakat. Dan ini
mesti ada di setiap daerah, baik di kota maupun pedesaan.
• Cyber kafe
Mengkases informasi dalam konteks
masyarakat berpengetahuan seharusnya dapat dilakukan dimana dan kapanpun
berada. Dengan sifatnya yang fleksibel ini akan memberikan kenyamanan
dan kemudahan bagi masyarakat dalam mencari sumber informasi. Salah satu
tempat yang nyaman dan santai dalam mengaskes informasi adalah cyber cafe. Cyber cafe
merupakan konsep dimana para pengunjung cafe tidak hanya menikmati
makanan yang ditawarkan, tetapi dapat juga leluasa mengakses informasi
yang biasanya terhubungkan oleh jaringan internet.
• Telecentres (pelayanan komunikasi dan informasi masyarakat)
Konsep telecentre dalam hal ini
merupakan tempat dimana masyarakat dapat memperoleh bermacam-macam
pelayanan komunikasi dimana bgian utama dari tujuan operator memberikan
manfaat bagi masyarakat.
• Media masa, khususnya radio
Menurut Rahim (2004), cara yang paling
efektif dari segi biaya dalam mencapai komunikasi yang meresap sampai ke
akar rumput dan tersebar luas adalah melalui media massa, dan terutama
radio. Media tersebut sejauh ini yang paling meresap jangkauannya.
Rakyat yang hidup di daerah pedesaan dalam banyak negara di Asia,
Afrika, Amerika Latin dan Karibia, sangat tergantung pada radio yang
menghubungkan mereka dengan dunia yang lebih besar “di sebelah luar.”
Oleh karena itu, media massa, dan stasiun radio khususnya, perlu berubah
dari alur komersil dan sangat fokus pada rakyat pedesaan begitu juga
dengan kelompok-kelompok terpinggirkan lainnya. Tujuan utamanya adalah
menciptakan apa yang diistilahkan “pluralisme media,” yang merefleksikan
kebutuhan dari semua anggota masyarakat, dan terutama mereka yang
suaranya sampai sekarang telah diabaikan.
Selain itu, untuk memberikan akses
layanan informasi yang optimal bagi masyarakat perlu dibangun
infrastruktur yang memadai. Untuk mengakses internet, kita banyak
tergantung dari infrastruktur jaringan telekomunikasi yang tersedia.
Pada awal perkembangannya teknologi internet, pengakses internet
membutuhkan kabel telepon rumah untuk menghubungi penyedia jasa
internet. Namun perkembangan pemasangan kabel telepon ini sangat lambat
karena biaya menggelar kabel telepon yang mahal. Kini teknologi
telekomunikasi sudah lebih maju menggunakan teknologi seluler. Tidak
lagi menggunakan kabel telepon ke rumah-rumah tetapi menggunakan
frekuensi radio. Lebih murah dan sangat fleksibel karena pengguna
telepon bisa berada di mana saja.
Dalam hal konektivitas dan infrastuktur
ada tiga tantangan, yaitu ketersediaan akses yang mengarah ke broadband,
tarif yang terjangkau bagi masyarakat serta layanan yang berkualitas
bagi semua. Dalam hal lingkungan bisnis, perlu dikedepankan pemanfaatan e-commerce, e-government, e-healt maupun e-education.
c) Partisipasi
Dalam konteks pembangunan suatu bangsa
tentunya partisipasi masyarakatnya menjadi prioritas paling utama.
Karena masyarakatlah yang nantinya akan menjalankan program-program yang
telah dicanangkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, masyarakat tidak
hanya ikut berpartisipasi saja, melainkan ikut membantu menyadarkan
pemahaman masyarakat lain akan pentingnya membangun masyarakat
berpengetahuan. Ini dapat dilakukan dengan memberdayakan tokoh
masyarakat untuk terus berinteraksi dan membentuk kelompok – kelompok
belajar.
d) Keterampilan Dasar (Skill)
Untuk membangun masyarakat berpengetahuan
tentunya masyarakat minimal harus memiliki kemampuan dasar, paling
tidak tingkat pendidikan masyaakat sampai pada tingkat pendidikan
menengah. Pendidikan dalam hal ini menjadi isu sentral dalam menciptakan
SDM yang punya keterampilan memadai. Terkait dengan upaya peningkatan
SDM dapat dilakukan dengan bersinergi terhadap beberapa pihak dengan :
o Pemerintah dan perguruan tinggi harus
segera menseleksi semua program studi yang sudah termasuk kategori titik
jenuh pasar. Sebaliknya membuka program-program kejuruan yang
berorientasi pada pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja.
o Pembelajaran hendaknya berorientasi
pada kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual yang tak
terpisahkan dari pengembangan kurikulum berbasis soft skills dan
kurikulum berbasis kompetensi; baik lewat jalur pendidikan informal,
nonformal dan formal; yang didukung dengan mutu dan kesejahteraan guru
dan dosen yang berkualitas tinggi.
o Pengembangan kemampuan daya saing
dengan cara meningkatkan motivasi pembangunan dan peningkatan kesadaran
dan asupan gizi untuk membentuk keluarga sehat yang ujungnya
peningkatan kesejahteraan bangsa.
- Program festival lomba karya ilmiah dan karya inovatif dari siswa tingkat sekolah dasar sampai mahasiswa perguruan tinggi harus menjadi agenda tetap dan berkelanjutan dari depdiknas dan sekolah atau perguruan tinggi masing-masing.
Terkait dengan sosial dan budaya,
sumberdaya manusia Indonesia perlu mendapat literasi mengenai
pemanfaatan TIK dan menggunakannya secara cerdas. Sulit rasanya bicara
ICT, jika edukasi masyarakat dan pengetahuan mengenai internet tidak
cukup baik. Adopsi masyarakat dan sektor bisnis terhadap pemanfaatan TIK
juga perlu dikedepankan sebab hal itu merupakan ukuran kesuksesan
implementasi dari saluran digital untuk masyarakat dan kalangan bisnis.
Yang saat ini belum tergarap secara maksimal adalah membuat dan
mengembangkan konten lokal yang mencerdaskan, menarik dan memberikan
nilai tambah bagi masyarakat.
Semoga bermanfaat kawan..\(^o^)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar